Jumat, 21 November 2008

Lirik lagu ini, membuat banyak inzan bisa merasakan betapa pentingnya Kuasa Tuhan dalam Kehidupan kita. Dengan menyanyikan lagu ini, anda mempunyai harapan bahwa di setiap saat Tuhan selalu memimpin jalan kita, kemana kita pergi. Oleh karena itu, jangan takut untuk menjalani hidup ini yang diberikan Tuhan Secara gratis kepada kita. Di bawah ini merupakan lirik lagu dari Josh Groban- The prayer. Maaf kalau file MP3nya, cari sendiri, karena aku belum mendapatkan izin untuk mempublikasikannya. maklum saat ini gencar dengan UU Elektronik.

THE PRAYER - JOSH GROBAN

I pray you’ll be our eyes
And watch us where we go
And help us to be wise
In times when we don’t know

Let this be our prayer
As we go our way
Lead us to a place
Guide us with your Grace
To a place where we’ll be safe
La luce che tu dai

I pray we’ll find your light
Nel cuore restera
And hold it in our hearts
A ricordarci che
When stars go out each night
L’eterna stella sei
Nella mia preghiera
Let this be our prayer
Quanta fede c’e
When shadows fill our day
Lead us to a place
Guide us with your grace

Give us faith so we’ll be safe.
Sogniamo un mondo senza piu violenza

Un mondo di giustizia e di speranza
Ognuno dia la mano al suo vicino
Simbolo di pace e di fraternita

La forza che ci dai
We ask that life be kind
E’il desiderio che
And watch us from above
Ognuno trovi amore
We hope each soul will find
Intorno e dentro a se
Another soul to love

Let this be our prayer
Let this be our prayer
Just like every child
Just like every child

Needs to find a place,
Guide us with your grace
Give us faith so we’ll be safe
E la fede che
Hai acceso in noi
Sento che ci salvera

Share and Enjoy to your friends:

Selasa, 11 November 2008

Download cepat

anda pusing bila mendownload file yang kapasitas besar? Semua orang pasti malas, karena kata mereka sih nunggunya lama, apalagi kalau internet conectionnya kurang memiliki speed yang begitu bagus. biasanya ini terjadi di warnet-warnet, karena kebanyakan di warnet itu membagi speednya ke semua unit PC. Bayangkan saja kalau PCnya banyak, sementara speednya sangat kecil, wah malah kita yang jadi lemot.
Nah sedikit mengatasi permasalahan seperti itu aku mencoba untuk membagi software untuk mempercepat download. caranya mudah: (1) instal (membutuhkan waktu maks. 1menit) (2). evaluate (3) tools-options-stream media-bandwith, lalu ganti kecepatan dengan 512 atau 738. setelah itu untuk mendownload tinggal klik kanan di link tempat file itu berada, lalu copy link location dan setelah itu langsung buka highdownload dan klik gambar file yang ada tanda plus warna hijau (sebelah tanda x warna merah) lalu ok. tunggu beberapa saat anda akan menyelesaikan tugas anda.
Untuk mendapatkan softwarenya, klik disini

Cara Memperoleh anak laki ato perempuan

Tulisan Ini aku dapatkan dari emailku.
mungkin berguna untuk kita semua.

Ada banyak pasangan yang menginginkan anak pertamanya laki-laki ada juga yang menginginkan perempuan, ada juga yang pasrah laki-laki atau perempuan sama saja, kita hanya berusaha tapi semuanya Tuhan yang menentukan.

Menurut penelitian ilmiah oleh para ahli genetika, kondisi asam dan basa di mulut rahim mempengaruhi apakah cenderung memiliki anak laki-laki atau perempuan, tidak ada salahnya kita berusaha bukan?

ANAK LAKI-LAKI

1. Posisi melakukan hubungan intim , posisi tubuh harus diatur sedemikian rupa agar sperma suami bisa mencapai sedekat mungkin dengan mulut rahim yang terbuka. Untuk itu diperlukan penetrasi penis yang cukup dalam. Dengan posisi tubuh miring diharapkan mempermudah apa yang diharapkan.

2. Suatu penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi jumlah sel sperma yg membuahi sel telur, maka kemungkinan memperoleh untuk memperoleh anak laki-laki juga semakin meningkat, salah satu cara adalah melakukan “puasa” dan melaksanakan saat ovulasi terjadi, dengan cara mengukur suhu tubuh istri, memperhatikan lendir cervix, atau melalui perhitungan 14 plus minus satu hari dari menstruasi berikutnya.

3. Lingkungan yang hangat akan membunuh sel sperma, hindari pakaian dalam yang terlalu ketat, hindari mandi sauna sebelum bersetubuh
mau tau selanjutnya, klik disini

Minggu, 09 November 2008

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMK

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : X/ 1

Materi Pokok : Persamaan dan Pertidaksamaan

Pertemuan ke : 2

Alokasi waktu : 2 × 40 menit

A. Standar Kompetensi

Memecahkan masalah berkaitan dengan system persamaan dan pertidaksamaan linear dan kuadrat

B. Kompetensi Dasar

Siswa mampu menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel

C. Indikator

  • Menentukan cara menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik
  • Menentukan cara menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi

D. Tujuan

§ Mengetahui cara memperoleh Himpunan penyelesaian dengan metode grafik

§ Mengetahui cara memperoleh Himpunan penyelesaian dengan metode eliminasi

mau tau selanjutnya? klik disini

Minggu, 02 November 2008

SMS Lucu dan SMS gila

Akhir-akhir ini seiring dengan perkembangan teknologi mobile yang cukup pesat. berkembang pula media hiburan dan sebagainya melalui jalur mobile. adapun media hiburan yang biasa dan cukup populer adalah sms lucu, gila. walaupun hanya berupa kata-kata, namun keberadaannya yang membuat banyak orang menjadi terhibur sangat dirindukan oleh 2500 juta pengguna ponsel di seluruh dunia. Nah apabila pada saat ini anda lagi bingung menciptakan ide untuk menulis sms yang lucu juga gila, maka ada baiknya anda meminta pendapat dari kami. ini adalah hasil koleksi dari beberapa pendapat netter yang dituangkan lewat sms (short message service). disini andapun bisa memperolehnya secara gratis, hanya saja waktu anda sedikit dikorbankan untuk mendownloadnya.
untuk mendownload sms lucu klik disini
untuk mendownload sms gila klik disini

Materi matematika indah

Matematika memang indah, apalagi kalau kita menggelutinya. oleh karena itu, sahabatku yang bergelut di bidang matematika sangat perlu untuk mengetahui beberapa aplikasi yang bisa membantu kita dalam memahami matematika. nyesel deh kalau kita tidak memilikinya. oleh karena itu, maka untuk memperolehnya, kita harus download secara gratis dengan cara klik disini!

Jumat, 31 Oktober 2008

Majalah Gratis

Pengen dapat majalah gratis?
Aku rasa para neter sekalian pengen sekali untuk mendapatkan majalah gratis yang membahas tentang fenomena-fenomena sekitar kita. walaupun kebanyakan menggunakan bahasa Internasional, namun bagi saya hal itu sangatlah bermanfaat bagi perkembangan kosa kata kita. Bagaimanapun juga majalah yang akan anda dapat ini sangat bermanfaat bagi perkembangan wawasan anda tentang dunia. Jangan malas untuk membaca selagi masih ada yang memberikan majalah kepada kita.

untuk memesan majalah tanpa mengeluarkan biaya klik disini

Rabu, 15 Oktober 2008

ARTIKEL


PEDULI ITU PERLU

Oleh: Damasus Hans Satu

Kita tidak perlu menyesal kejadian yang menimpa kita akibat ketaksengajaan ataupun kesengajaan kita. Kita diminta untuk berpikir positif, untuk menunjukkan bahwa kita itu merupakan warga Kanjuruhan yang benar-benar Briliant, Bright and Future dengan menunjukkan serta melaksanakan rasa kepedulian kita. Anggap saja masalah listrik yang kita lalui itu merupakan penghormatan dari alam. Masalah adalah tanda penghormatan alam kepadamu.(MTSN - You Are Only As Honorable As What You Do).

Pendahuluan

Kiranya sapaan saya menemui kita semua dengan wajah senantiasa tersenyum serta selalu bersyukur atas segala yang diberikan Tuhan pada kita.

Hati saya berbunga-bunga setelah membaca berita tentang energi yang dimuat pada Kompas 10/09 2008 tepatnya di rubrik bisnis dan keuangan. Dikatakan bahwa pembangkit berbahan bakar gas yang dikembangkan oleh PT Plaza Indonesia Realty Tbk., bisa menghemat tarif pemakaian listrik hingga 25%. Dalam hati aku berpikir bahwa itu bukanlah jumlah yang sangat sedikit melihat kondisi Indonesia dan dunia sekarang ini yang sedang dilanda krisis BBM yang sangat berpengaruh pada keberadaan listrik. Satu ide yang cukup briliant dan patut untuk diapresiasikan. Kegembiraan saya terus berlanjut ketika aku mendengarkan berita tentang penemuan sumber listrik (Katanya Blue Energi) yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi waktu itu. Ditambah lagi ketika mendengar kebijakan pemerintah mengenai mekanisme penetapan harga jual BBM mulai tahun 2009 tentang pajak kendaraan bermotor (menyangkut BBM) yang ditetapkan mulai 0%. Mungkin itu berita basi yang tetap membuat saya punya pengharapan yang lebih akan keberlangsungan listrik dan bahan bakarnya di Indonesia, maklum listrik di Indonesia kebanyakan menggunakan bahan baku dari SDA (batu bara) yang tak dapat diperbaharui.

awal bulan ini aku mencoba berjalan di kampus Kanjuruhan. Tertera tulisan Briliant, Bright and Future (maaf, mungkin ada kesalahan sintaksis). Pertama masuk aku langsung melihat TV di lorong depan kemahasiswaan masih menyala, tapi sayang tanpa penonton. Terus ke lorong gedung C lt. II. Lagi-lagi kutemukan lampu di lorong tetap nyala di siang bolong. Pantaskah warga Kanjuruhan disebut Briliant, Bright and Future?

Lalu kita mesti bagaimana

Pada zaman sekarang, tidak sedikit manusia yang ingin menikmati gaya hidup hedonisme (mencari kesenangan duniawi). Bahkan begitu banyak manusia (pihak, organisasi, lembaga-lembaga, dll) yang berlomba-lomba mengikuti perkembangan zaman tanpa memikirkan posisi manusia yang lain. Banyak sekali yang hanya mengejar kebutuhan “gengsi”, walaupun ada di jalan yang mungkin keliru. Begitu juga dengan pemakaian listrik. Di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang makin terpuruk akibat harga BBM dan anjloknya saham di Bursa Efek Jakarta, serta melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US, tetap saja banyak pihak yang tidak terlalu peduli. Di tempat lain boleh saja bergilir untuk melihat cahaya di malam hari, namun masih ada orang atau pihak yang dengan atau tanpa sengaja berlomba-lomba untuk melawan cahaya matahari (Sumber energi yang utama) di siang bolong. Kedengaran aneh, tapi itulah yang terjadi.

Memang diakui kalau persentasenya lebih banyak dilakukan tanpa sengaja, namun jangan dikatakan kalau yang disengaja itu tidak ada. Bagaimana dengan pemakaian TV “tanpa penonton”? apakah ini merupakan simbol dari gaya hidup hedonisme? kondisi inilah yang perlu dipelajari oleh kita semua sebagai kaum intelektual (bukan intelektua karena udah pikun). Tuntutan zaman memang semestinya untuk dipenuhi, tapi harus diperhatikan bahwa kepenuhan itu jangan dirayakan di atas kekosongan manusia lain. Disaat negara atau sebagian besar masyarakat mengalami krisis listri, kita hendaknya tak perlu memboroskan untuk pemakaian yang percuma, karena semuanya pasti akan sia-sia, sebab jalan yang ditempuh dengan cara seperti ini adalah jalan semu dan sama sekali tidak cocok bagi manusia yang berada di NKRI, karena tidak berjalan serasi dengan program yang ditetapkan oleh pemerintah dan norma yang berlaku di masyarakat. Nah, kalau begitu bagaimanakah agar jalan yang kita tempuh itu sesuai dengan tuntutan zaman dan norma?

Tidak banyak yang tahu kejadian buruk yang pernah menimpa Thomas A. Edison ketika berusia 67 tahun. Kobaran api membakar habis gedung laboratoriumnya. Laboratorium tempat dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk menghasilkan karya, habis dalam sekejab. Tapi dia hanya mengatakan “Aku baru berusia 67 tahun dan belum terlalu tua untuk memulai lagi”.

Begitu juga dengan kita khususnya warga Kanjuruhan Malang. Kita semestinya tidak terlalu berlarut-larut dengan kelakuan kita yang membiarkan hal yang semestinya tidak boleh terjadi dapat terjadi secara berulang-ulang. Kita juga tidak perlu menyesal kejadian yang menimpa kita akibat ketaksengajaan ataupun kesengajaan kita. Kita diminta untuk berpikir positif, untuk menunjukkan bahwa kita itu merupakan warga Kanjuruhan yang benar-benar Briliant, Bright and Future dengan menunjukkan serta melaksanakan rasa kepedulian kita. Anggap saja masalah yang kita lalui itu merupakan penghormatan dari alam. Masalah adalah tanda penghormatan alam kepadamu.(MTSN - You Are Only As Honorable As What You Do). Jangan sampai warga Kanjuruhan akan bernasib seperti istri Arnold Schwarzenegger (aktor) yang mengatakan bahwa dia bernasib sial karena acara CBS Morning yang dipandunya dibatalkan. Akibatnya dia lupa akan semua yang dimilikinya. Oleh karena itu, mengakhiri artikel yang sederhana ini, penulis hanya ingin agar kita Peduli. Peduli akan lingkungan, peduli akan sesama, peduli akan masalah sosial yang sedang terjadi. Rasa kepedulian yang kita miliki bisa mewakili bahwa kita itu merupakan warga Kanjuruhan yang benar-benar Briliant, Bright and Future dan kalau kepedulian ini terus dilaksanakan secara berkelanjutan, izinkanlah penulis menambahkan kata forever untuk menambah ketiga kata tadi. (Hans Satu/ HMJF)

Senin, 06 Oktober 2008

Hakikat Pembelajaran Behavioristik

Thornike, salah seorang penganut paham behavioristik, menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang sisebut stimulus (S) dengan respon ® yang diberikan atas stimulus tersebut. Pernyataan Thorndike ini didasarkan pada hasil eksperimennya di laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, monyet, dan ayam. Menurutnya, dari berbeagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan keneksi atau ikatan-ikatan antara situasi dan respon tertentu. Kemudian ia menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu, menurut Hudojo (1990:14) teori Thondike ini disebut teori asosiasi.
Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick, 1981:13) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hokum-hukum berikut: (1) Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon serting terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hokum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan – yang telah terbentuk akibat tejadinya asosiasi antara stimulus dan respon – dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat; (2) Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat.
Penganut paham psikologi behavior yang lain yaitu Skinner, berpendapat hamper senada dengan hokum akibat dari Thorndike. Ia mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus – respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila representasinya mengiringi suatu tingkah laku yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negative adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan karena cenderung menguatkan tingkah laku (Bell, 1981:151).
b. Hakikat pembelajaran Konstruktivisme
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
Sumber: Trimanjuniarso.wordpress.com

Selasa, 19 Agustus 2008

OPINI

MISKIN, SEJAHTERA
Ditentukan Oleh Keberadaan Seorang Pemimpin yang Cocok
Oleh: Damasus Hans Satu

“Hutan belantara banyak tersebar Nusantara, semua HARTA yang tak terhingga Nusantara”. Cuplikan dari lirik lagu bernuansa country ini menunjukkan betapa berlimpahnya kekayaan alam di tanah Nusantara. Beragam hasil kekayaan alam membuat Indonesia selalu dikagumi oleh semua yang pernah melihatnya. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis yaitu berada di antara dua benua dan dua samudra, membuat Negara Indonesia bisa bersaing di pasar global dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di era globalisasi. Sehingga jangan heran bila ada orang yang mengatakan bahwa Indonesia adalah surga yang ada di dunia.
Berbicara mengenai suatu Negara, pasti tidak terlepas dari berbagai ikatan struktur sosio kultural yang ada di Negara tersebut. Seperti halnya dengan Negara lain, Indonesia memiliki struktur sosial yang dikuasai oleh dua elemen penting yaitu pemerintah dan masyarakat. Hierarki dari pemerintah sampai masyarakat tersusun secara sistematis menurut fungsi dan tujuannya masing-masing. Dari situ muncullah organisasi mulai dari lembaga, sampai pada kelompok terkecil yaitu keluarga. Keberadaan masyarakat Indonesia yang multidimensi ini mengakibatkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tidak merata antar masyarakat. Hal ini menyebabkan lahirnya ide untuk mengklasifikasikan masyarakat Indonesia yang terdiri dari masyarakat menengah ke bawah atau sering disebut masyarakat berpenghasilan rendah, masyarakat menengah, dan masyarakat menengah keatas.
Dilihat dari ketiga pengelompokkan masyarakat berdasarkan keadaan ekonominya, ternyata Indonesia masih dominan dihuni oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonominya. Terlihat jelas, masih banyak warga Idonesia yang terkena busung lapar, minum air dari selokan kotor, dan juga makan nasi aking. Suatu hal yang sangat ironis dari keberadaan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam (SDA).
Sangat buruknya perekonomian masyarakat Indonesia mengakibatkan banyak orang yang bertanya, kemanakah hasil alam negri ini? Pertanyaan ini wajar saja, melihat semakin berkurangnya SDA yang ada di Indonesia, sementara pertambangan dan pengeksplorasian SDA tersebar dimana-mana. Tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia malah semakin memburuk dari tahun ke tahun.
Melihat keadaan masyarakat Indonesia yang semakin memburuk, pemerintah mulai mencanangkan berbagai macam program, mulai dari pembaharuan program sampai pada melahirkan program baru. Hasilnya pun tak jauh berbeda, karena melihat kenyataan bahwa sepertinya pemerintah kurang berpihak pada rakyat miskin. Kebanyakan program pemerintah malahan sangat membantu kalangan menengah ke atas, dalam arti tidak mengenai sasaran. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan antara pihak yang memunculkan program dan pihak yang menjalankan program, selain itu juga karena kurangnya turun tangan langsung dari pemerintah. Pemerintah jarang berada di tengah masyarakat (semangat tut wuri handayani masih kurang), sehingga pemerintah tidak merasakan pedihnya penderitaan rakyat. Aspirasi rakyat seperti angin lalu saja dibandingkan dengan pengadaan program baru yang mengurangi kas Negara yang katanya kas rakyat. Kepentingan pribadi mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut menjadi skala prioritas. Selalu ada alasan untuk nambah saku. Hanya sebagian kecil saja pemerintah yang berpihak pada rakyat. Semuanya ini terjadi karena adanya negative thinking bahwa berpihak pada rakyat tidak mendapatkan imbalan materi, dibandingkan bila berpihak pada orang yang ber-uang. Keberpihakan ini sangatlah mudah dijalankan, karena yang menguasai bukan lagi rakyat, tetapi uang, sehingga kebanyakan pemimpin memandang hidup sebagai hidup[1]
Lalu bagaimanakah tipe pemerintah atau pemimpin yang cocok dan didambakan oleh masyarakat Indonesia untuk bisa keluar dari ikatan kemiskinan? Sulit untuk mencari pemimpin yang didambakan ini.
Untuk menjadi pemimpin dambaan masyarakat, semestinya pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kokoh yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso dan tut wuri handayani. Memang untuk menjalankan tiga tipe seorang pemimpin ini harus berada bersama rakyat. Pemimpin harus bisa mendampingi rakyatnya, serta menjadi sahabat karib rakyat yang bisa menjadi teman curhat (aspirasi) dari rakyat, berjalan bersama rakyat dalam suka maupun dalam duka. Pemimpin harus seperti rakyat, dalam hal ini pemimpin jangan terlalu menuntut kehidupan, supaya pemimpin bisa lebih bijaksana.
Pemimpin juga harus bisa seperti air mengalir, mengalir ke celah-celah pikiran rakyat. Pemimpin harus seperti lembah sungai[2], menjadi penghubung semua keinginan rakyat, tenang dan bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak kalang kabut melahirkan program baru. Pemimpin harus bisa membawah (punya sikap pelayanan yang teguh), dan satu lagi bahwa pemimpin hendaknya menjadi yang terkecil di antara rakyat. Karena jika hendak menjadi yang terbesar, berusahalah untuk menjadi yang terkecil.
Apabila seorang pemimpin bisa menempatkan dirinya pada rakyat, menjadi pelayan rakyat, otomatis pemimpin itu sudah menjadi pemimpin dambaan masyarakat, dan bisa membawa rakyatnya menuju kehidupan yang lebih layak. Sehingga rakyat bisa terlepas dari jerat kemiskinan yang sering terlihat di Negara tercinta ini, dan bisa menikmati indahnya hidup sejahtera.
[1] Tao The Ching 76
[2] Tao The Ching 61

Rabu, 02 Juli 2008

BANTUAN KHUSUS MAHASISWA

BKM mungkin pantas mungkin juga tidak. keberadaannya di negara ini memang harus diwarnai pro dan kontra. munculnya suatu program di saat yang sangat berkaitn dengan masalah pokok yang masih terjadi di NKRI memang patut dipertanyakan. Tapi patut diapresiasikan juga bahwa pemerintah mampu menghasilkan ide seperti ini disaat masalah lain masih terjadi, apakah dengan ide seperti ini masalah sebelumnya bisa terselesaikan? sayang sekali sampai saat ini masalah yang lalu tetaplah berkesinambungan bagaikan tunas dari pohon pisang. Lalu kapankah program dimunculkan lagi untuk mengatasi masalah yang terjadi saat ini? mungkin bisa ahli komputer (programer) bisa membuat suatu program/ software, biar pemerintah bisa menghasilkan ide yang gak konyol. tq

Kamis, 12 Juni 2008

Bagaimana Bisa

Bagaimana bisa maju kalau Indonesia kayak gini. BBM naik, barang kebutuhan pokok naik juga gara-gara BBM naik.
oh ya aq lupa yang anehnya, kok bbm naik, tarif becak pun naik? soalnya kemarin tu aku naik becak yang bisanya dengan tarif Rp2000. eh tau-taunya pas turun malah tarifnya naik jadi Rp4000. katanya sih BBM naik, tapi q pikir, Becak kan gak pake BBM. mohon untuk ditinjau kembali ya buat tukang becak yang kemarin antarin q.

Selasa, 03 Juni 2008

DAMAI ITU BUTA di Indonesia

Berdamai memang suatu kata yang sangat mudah diucapkan oleh setiap manusia, tapi kemudahan yang diucapkan itu belum tentu mudah untuk dilaksanakan. Aksi damai ternyata hanyalah suatu nama, di dalam aksi damai itu jelas-jelas perlakuannya tidak damai.
Seperti yang terjadi di MOnas beberapa hari lalu dalam rangka hari lahir Pancasila. Suatu yang tak diinginkan terjadi dan sangat meresahkan masyarakat. Nama lembaga dan Aliansi selalu menjadi korban, karena yang melakukan tindakan adalah oknum. Tapi apapun juga, karena oknum itu dari suatu lembaga, terpaksa prosedur hukum harus berlaku juga terhadap lembaga.
Kekurangpahaman terhadap fungsi dan tujuan organisasi sangat menimbulkan suatu masalah besar. Itulah yang terjadi di Indonesia saat ini. Hal ini mencerminkan bahwa banyaknya masyarakat Indonesia yang mengikuti organisasi tanpa memahami tujuan mulia dari organisasi tersebut. Oleh karena itu sangat penting bagi lembaga pemerintah untuk meninjau semua organisasi dalam masyarakat Indonesia apakah layak atau tidak. Bukan hanya organisasinya yang ditinjau, tetapi lebih dari itu elemen-elemen dari organisasi itu juga harus ditinjau, jangan sampai ada yang mengikuti organisasi hanya untuk gengsi belaka. Dan orang-orang seperti itulah yang menyebabkan timbulnya keresahan dalam masyarakat. Jadi agar suasana Damai jangan hanya menjadi angan-angan kita, sebaiknya kita bisa mewujudkan rasa damai itu dengan menyadari kebermaknaan kita sebagai makhluk sosial yang ada dalam suatu organisasi. Pemerintah juga sangat diharuskan untuk bisa meninjau berbagai kegiatan organisasi yang ada di negara ini. Pemerintah harus bersikap tegas, jangan hanya tegas pada sekretaris dengan rayuan gombal, tapi tegas dengan masyarakat dengan rayuan penuh cinta, damai dan kasih.

Rabu, 28 Mei 2008

MAN AND LOVE

Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada 'jiwa' atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dll. Cinta kasih yang sudah ada perlu selalu dijaga agar dapat dipertahankan keindahannya. Dalam konteks itulah makalah ini kami susun yang terdiri dari dua pembhasan utama yaitu cinta antar relasi manusia dan cinta kasiah menurut agama-agama dan tak lupa sebelumnya penyusun pada awal pembahasan memulaidengan makna dan hakikat cinta kasih itu sendiriSelanjutnya penyusun ingin menyampaikan permohonan maaf karena pada pembahasan yang kedua yaitu bagaimana hakikat cinta kasih dalam pandangan agama atau bagaimana ajaran-ajaran agama perihal cinta kasih hanya mengangkat dan membahas cinta kasih dari sudut pandang agama Islam saja penulis belum mampu untuk menghadirkan (sekaligus membndingkan) bahasan cinta kasih dari ajaran-ajaran agama , aliran, kepercayaan yang lain yang mana hal ini lebih dikarenakan sempitnya waktu untuk mengkaji bagaimana pandangan agama-agama tentang cinta kasih sementara tuntutan untuk menyelasaikan maklah ini semakin mendesak.Demikian, penyusun haturkan beribu rasa terima kasih terkhusus buat ibu El-Badriyah M.Ag yang dengan sabar membimbing kami dan teruntuk teman-teman semua salam semoga tuhan selalu menyertai kita Mendefinisikan Cinta; Makna dan Hakikatnya “Cinta lebih berarah ke konsep abstrak,lebih mudah dialami daripada dijelaskan”.(Ibnul Qoyyim )”Cinta” sebuah nama yang sering dibicarakan orang, dari yang muda sampai yang tua. Banyak manusia mengatas namakan cinta untuk setiap prilakunya. Tapi apakah mereka mengerti apa makna di balik sebuah kata ”cinta”.”Cinta” memang sebuah nama yang sangat simple dan mudah untuk diucapkan. Tapi tahu kah apa arti dari cinta tersebut. Sebuah fenomena yang luar biasa. Membuat yang sedih menjadi ceria, jahat menjadi baek, peperangan menjadi perdamaian, kebencian menjadi persaudaraan, pahit menjadi manis, luka menjadi sembuh, sakit menjadi sehat. Semua itu atas nama cinta. Dan ketika kata ”Cinta disalah gunakan maka kejadiannya juga bakal sebaliknya.Cinta juga bisa berasal dari obsesi untuk mendapatkan sesuatu. Tapi itu bukan cinta, ia hanyalah alat untuk mendapatkan objek itu. Kata ”Cinta” mempunyai makna yang universal. Setiap insan mempunyai tanggapan sendiri tentang arti cinta. Dan setiap insan juga punya cara sendiri untuk mencintai.Apa arti cinta itu sebenarnya? Cinta adalah sebuah ungkapan rasa sayang dan simpati kita kepada seseorang. Kata cinta juga diberikan dari kita kepada Sang Pencipta, sebagai tanda kalau kita amat membutuhkan dan menyanjungnya. Rasa cinta yang kita berikan menunjukkan bahwasanya kita sangat menyukainya dan ingin bersamanya. Kecemburuan sering terjadi jika seseorang yang kita cintai bersama oranglain. Itulah cinta, satu nama seribu maknaCinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.Cinta Kasih Kepada Sesama Manusia“kita bisa hidup tanpa agama,tapi kita tidak bisa bertahan lama tanpa cinta”(Dalai Lama)Cinta kepada sesama adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:1. Knowledge (pengenalan)2. Responsibilty (tanggung jawab)3. Care (perhatian)4. Respect (saling menghormati)Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan..skPara pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini yang pengertiannya sangat rumit. Antara lain mereka membedakan cinta terhadap sesama manusia dan yang terkait dengannya menkadi:1. Cinta terhadap keluarga2. Cinta terhadap teman-teman, atau philia3. Cinta yang romantis atau juga disebut asmara4. Cinta yang hanya merupakan hawa nafsu atau cinta eros5. Cinta sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape6. Cinta dirinya sendiri, yang disebut narsisme7. Cinta akan sebuah konsep tertentu8. Cinta akan negaranya atau patriotisme9. Cinta akan bangsa atau nasionalismeCinta antar pribadi manusia menunjuk kepada cinta antara manusia mempunyai beberapa unsur yang sering ada dalam cinta antar pribadi tersebut yaitu? Afeksi: menghargai orang lain? Ikatan: memuaskan kebutuhan emosi dasar? Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain? Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan? Commitment: keinginan untuk mengabadikan cinta? Keintiman emosional: berbagia emosi dan rasa? Kinship: ikatan keluarga? Passion: nafsu seksual? Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain? Self-interest: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi? Service: keinginan untuk membantu Energi seksual dapat menjadi unsur paling penting dalam menentukan bentuk hubungan. Namun atraksi seksual sering menimbulkan sebuah ikatan baru, keinginan seksual dianggap tidak baik atau tidak sepantasnya dalam beberapa ikatan cinta. Dalam banyak agama dan sistem etik hal ini dianggap salah bila memiliki keinginan seksual kepada keluarga dekat, anak, atau diluar hubungan berkomitmen. Tetapi banyak cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang tanpa seks. Afeksi, keintiman emosi dan hobby yang sama sangat biasa dalam berteman dan saudara di seluruh manusia.

Selasa, 20 Mei 2008

Fenomenor

PELACURAN INTELEKTUAL

Banyak julukan yang diberikan oleh masyarakat untuk para pemimpin/ pemerintah yang akan, maupun yang sedang duduk di kursi jabatan. Kalau sampai para wakil rakyat seriusmenanggapi soal pelacuran intelektual di DPR tentu ini sangat mengganggu suasana kerja DPR kita yang sebelumnya berpredikat intelektual.
Sebelum pemilu, para calon legislative dijejali oleh para intelek yang tujuannya adalah meningkatkan mutu DPR juga agar sesuai dengan aspirasi masyarakat. Anehnya begitu pemilu usai dan dan banyak para intelektual yang telah dipilih menjadi anggota DPR justru dituding melacurkan diri. Kalau begitu dimanakah sebenarnya tempat para intelektual ini dalam kehidupan bermasyarakat? Apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Menyebut kata intelektual, apalagi berbicara mengenai orang ber-intelektual, maka kita dapat membayangkan kalau orang itu adalah orang yang berpendidikan tinggi. Seluruh hidupnya diabdikan untuk membaca buku dan tidak bisa tersenyum karena selalu bercakap dengan buku. Tidaklah salah kalau asumsi ini ada karena banyak ara intelektual kita yang masih muda, namun sudah berlagak pikun.
Intelektual adalah orang-orang yang berilmu dan tidak merasa puas menerima kenyataan. Mereka selalu memikirkan alternative terbaik dari segala hal yang dianggap oleh masyarakat itu baik. Mereka selalu mencari kebenaran yang tak ada batasnya. Intelektual sejati adalah mereka yang bertindak rasional, lebih mementingan akal dari perasaan, objektif, serta memiliki integritas pribadi serta sanggup mengatakan benar atau salah tanpa pandang bulu. Sekalipun demikian, mereka hidup di atas menara gading atau penderitaan orang lain.
Orang berintelek tidak memikirkan soal materi, serta keuntungan tertentu (opurtunis). Doyannya sebagian kaum intelek terhadap materi sangat meragukan kadar inteleknya.
Mengenai intelektual yang ikut dalam politik praktis; Julien Brenda tegas menyatakan intelktual yang ikut dalam politik praktis adalah pengkianat. Karena politik praktis memiliki karakter yang bertolak belakang dengan trasdisi keilmuan. Dalam dunia politik, praktis, perasaan irasional, subyektifitas, dan sikap mendua merupakan sikap yang lumrah. Di sana intelektual tidak lagi dituntut untuk berpikir soal alternative terbaik, tapi mereka hanya dituntut untuk sanggup mewujudkan suatu alternative yang sudah diputuskan secara politik. Melacurkan diri artinya mengerjakan sesuatau bukan atas kehendak pribadinya, tetapi karena hal lain yang memaksanya. Sebenarnya tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup memaksa intelektual untuk mengambil keputusan yang menguntungkan satu pihak, tetapi keadaan ideal ini tidak pernah tercipta. Semoga kalangan DPR kita tidak seperti itu.

Rabu, 14 Mei 2008

ATASI PROBLEMA PENGGUSURAN

PENGGUSURAN PKL, PEMERINTAH HARUS JELI MELIHAT KASUS
Oleh: Damasus Hans Satu

Penggusuran tempat berjualan para pedagang kaki lima (PKL) akhir-akhir ini marak terjadi. Hal ini dilakukan atas dasar alasan untuk menciptakan kawasan pengembangan pariwisata di Indonesia. Kekisruhan pun sering terjadi antara aparat dengan PKL Korban pun berjatuhan, tapi tujuan pengembangan kawasan pariwisata yang di dambakan belum juga tercapai.
Kehidupan PKL adalah gambaran kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, bertahan hidup dari sedikit hal yang dimilikinya. Berjuang untuk merdeka dari kehidupan yang miskin, walaupun dengan mengorbankan segala pengetahuan dan keterampilan yang ada dalam dirinya. Semua itu demi terwujudnya cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu terciptanya masyarakat yang Aman, makmur, sejahtera.

Sikap Pemerintah
Ironisnya, dibalik cita-cita yang luhur itu, pemerintah punya pemahaman lain. Tujuan pemerintah juga tidak berbeda dengan tujuan rakyat pada umumnya. Tapi antara pemerintah dan rakyat, khususnya PKL tidak terjalin suatu persatuan untuk mewujudkan cita-cita bersama. Keberadaan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat kecil adalah satu persoalan yang sangat mendasar. Ide-ide para pemimpin bangsa, selalu mengalahkan aspirasi rakyat kecil, sehingga tanpa kekuatan hukum pemerintah bisa berbuat semaunya terhadap PKL.
Rakyat yang memegang kekuasaan tertinggi di Negara Demokrasi ini, terlihat hanya sebagai formalitas saja, karena kebanyakan undang-undang yang selalu dirubah setiap tahun tidak mencerminkan pikiran rakyat. Pasal-pasal dalam undang-undang terkadang melindungi aparat yang terjerat kasus tertentu, sehingga sulit untuk memvonis pejabat yang melakukan pelanggaran besar dibandingkan memvonis rakyat kecil yang hanya keliru melakukan suatu pelanggaran. Hal ini karena rakyat kecil tidak mengetahui dan memahami aturan yang dibuat oleh pemerintah melalui Undang-undang. Ini adalah salah satu bukti kecil bahwa undang-undang yang dibuat pemerintah bukan merupakan hasil evaluasi dari ide rakyat kecil.
Pemindahan PKL ke tempat yang dirancang oleh pemerintah memang merupakan suatu ide yang bagus yang kelihatannya sangat berpihak pada rakyat. Tapi anehnya PKL malah tak mau berpindah tempat. Kejadian ini tentu dikarenakan beberapa hal yang mendasar, pasti ada kejanggalan yang terdapat di tempat yang disediakan pemerintah. Bayak tempat bagi PKL yang disediakan oleh pemerintah tidak memenuhi standarisasi khusus, dari segi letak, daya tahan dan daya tariknya pun malah masih lebih baik tempat PKL yang lama. Hal ini memang kurang terlalu diperhatikan oleh pihak yang berwenang, karena yang menguasai proyek pengerjaannya adalah para konglomerat.
Sikap pemerintah yang tidak turun secara langsung ke dalam masyarakat memberikan kesempatan kepada para tengkulak di negri ini untuk membuka lahan korupsi, sehingga program pemerintah bukannya berguna untuk rakyat, malah berguna bagi tengkulak yang menangani proyek.

Penanganan Kasus
Masalah antara pemerintah dan rakyat kecil seperti PKL perlu ditangani secara serius. Penanganan juga harus dilakukan secara kontinu. Dalam menangani masalah ini, semestinya tidak boleh ada pihak yang dirugikan antara pemerintah dan rakyat. Untuk itu, pemerintah harus jeli melihat masalah.
Pihak pemerintah tidak boleh langsung menggusur tempat yang dimiliki PKL sebelum melaksanakan studi kelayakan tempat baru yang disediakan oleh pemerintah untuk PKL. Studi kelayakan ini sangat perlu, karena bila tidak dilaksanakan, pada akhirnya nanti akan merugikan rakyat kecil, dalam hal ini adalah PKL.
Selain itu, cara lain yang dilakukan pemerintah setelah melakukan studi kelayakan adalah harus bisa mensosialisasikan kepada PKL. Untuk hal ini, pemerintah harus sadar bahwa masyarakat Indonesia khususnya PKL sebagian besar adalah orang yang belum terlalu mengenal dunia pendidikan yang formal. Dengan demikian, pemerintah harus menyadari bahwa untuk mensosialisasikan hal ini bukan memakan waktu yang singkat seperti mensosialisasikan suatu hal kepada para cendikiawan. Pemerintah harus sabar, jangan langsung menggusur hanya setelah 1 atau dua kali sosialisasi.
Seandainya sosialisasi tidak berhasil, pemerintah juga harus bisa melakukan studi kelayakan yang ke dua pada tempat yang sama, cari hal-hal yang dirasa merugikan PKL, karena tentu PKL tidak mau berpindah karena suatu hal. Apabila tidak ada kejanggalan pada tempat itu, pasti ada masalah lain yang memberatkan hati PKL untuk berpindah. Oleh karena itu, pemerintah harus mndekati PKL secara psikologis. Cara ini mungkin sangat efisien bagi pemerintah. Jika semua hal telah dilaksanakan, tapi PKL belum juga mau berpindah, barulah pemerintah mengambil jalan lain. Perlu diingat bahwa penggusuran tempat PKL sangat tidak manusiawi, dan hal ini malah menambah jumlah rakyat miskin di Negara kita. Dan untuk disadari juga bahwa untuk tujuan pariwisata, tidak selamanya PKL harus jadi korban, pemerintah tidak boleh memihak.

Damasus Hans Satu,
Mahasiswa FKIP Matematika semester VI
Univ. Kanjuruhan Malang

STRATEGI PENDAMPINGAN (KKN)

ANALISIS STRATEGI PENDAMPINGAN

PERMASALAHAN YANG DIPERTANYAKAN
Dalam analisis strategi pendampingan ini, kami ingin menanyakan beberapa permasalahan yang dipertanyakan di Perusahaan tahu pak Wito. Adapun permasalahan yang dipertanyakan itu antara lain:
1. Pemasaran:
a. Apakah perusahaan tahu pak Wito sudah bisa mengambil kesempatan pasar, dan bagaimanakah sistemnya dalam mengambil peluang di pasar?
b. Apakah dalam pelaksanaannya sudah memikirkan kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan pasar.
2. Ketenagakerjaan
Apakah dalam masalah ketenagakerjaan sikap percaya kepada orang lain sebagai partner kerja masih tetap terjaga?
Berapakah tenaga kerja dalam menghasilkan produk dalam usahanya?
3. Peralatan:
Apakah Peralatanyang dipakai sudah canggih atau masih menggunakan peralatan yang tradisional?
Bagaimanakah cara kerja peralatannya, apakah masih menggunakan system manual?
RIWAYAT PERUSAHAAN
Perusahaan tahu pak Wito pertama kali didirikan pada tahun 1972 oleh bapak Narowi sebagai bapaknya pak Suwito. Pada waktu itu, peralatannya masih sangat sederhana, dimana penggilingan kedelai masih menggunakan batu besar yang menyerap tenaga kerja dan waktu yang cukup maksimal. Bantalan tempat percetakan tahu pun awalnya hanya mengggunakan semen.
Beberapa tahun kemudian pak Narowi sudah tidak mampu lagi memproduksi tahu. Oleh karena itu usahanya dilanjutkan anaknya pak Suwito. Dalam melakukan produksinya, pak Wito dibantu oleh istrinya.
Lama kelamaan, perusahaan ini mulai berkembang dan kini peralatannya sudah mulai agak modern dan cukup higienis, dimana penggilingannya sudah menggunakan mesin dan bantalan percetakan tahu sudah memakai keramik.
ANALISIS SWOT
1. STRENGTH / KELEBIHAN
Produknya tahan lama, dimana tahunya mampu bertahan hingga empat hari
Tempatnya cukup higienis, karena semua peralatan setelah selesai digunakan, semuanya dicuci hingga bersih, lantainya pun selalu dibersihkan setiap saat, sehingga kelihatan bersih.
Mampu memanage keuangan, dimana pak Wito mampu memilah penggunaan keuangan sehingga antara modal dan uang pribadi terpisah.
2. WEAKNESS / KEKURANGAN
Belum mampu menggunakan bookkeeping dengan baik;
Peralatan masih sederhana;
Tenaga kerja terbatas;
Dalam pemasarannya masih menggunakan system door to door;
Masih belum bisa memberi kepercayaan kepada orang lain sebagai partner kerja.
3. OPORTUNITY / KESEMPATAN ATAU PELUANG
Mampu bersaing dengan pengusaha – pengusaha tahu lain di desa Sumberpasir;
Mampu merekrut pelanggan;
Kualitas tahu yang cukup baik membuat pelanggan percaya akan produk tahu pak Wito.
4. THREAT / ANCAMAN
Semakin banyaknya perusahaan tahu di desa Sumberpasir, sehingga persaingannya semakin ketat;
Bahan bakarnya terbatas;
Harga kedelai yang semakin melonjak dari waktu ke waktu.


RENCANA KEGIATAN ( ACTION PLAN )


Tabel a.
Immediate Action Plan
Oktober
November
Desember
Improvement on Finacial Management
Improvement on production manajement
Improvement on Product display
Conducting Research on market trends
Improvement on marketing management
Opening distribution agent on Strategic places


Jumat, 09 Mei 2008

DUGEM, Tak selamanya Negatif

Istilah Dugem (Dunia Gemerlap) memang sudah tak asing lagi bagi masyarakat, khususnya masyarakat metropolis. Dugem merupakan salah satu cara untuk merefresingkan diri setelah seharian kecapaian bekerja. Dugem sudah merupakan hal yang membudaya di masyarakat perkotaan. keberadaan tempat Dugem di berbagai kota sudah memberikan banyak manfaat bagi para penghuni kota metropolis.
Keberadaan Dugem juga tidakl terlepas dari berbagai tanggapan masyarakat. Dugem yang oleh sebagian kalangan merupakan tempat refresing malah salah di mengerti oleh pihak lain. Banyak masyarakat yang menyatakan bahwa dugem adalah tempat untuk melakukan sesuatu yang melanggar norma dalam masyarakat. Namun, benarkah tempat dugem selalu menimbulkan hal yang negatif?
Sejak RC menjadi sebuah gosip, banyak sekali tayangan infotainment yang mengisahkan tentang sex bebas. sex bebas merupakan salah satu yang menjadi efek dari dugem (berdasarkan tanggapan masyrakat secara umum). Namun tidak halnya demikian, Dugem bukanlah merupakan tempat untuk berbuat yang bertentangan dengan norma. Memang ada kalangan tertentu yang menjadikan tempat dugem untuk hal-hal demikian, namun oleh sebagian orang lagi tempat dugem sangat bermanfaat untuk menjadikan diri menjadi segar kembali. Oleh karena itu, marilah agar kita jangan selalu beranggapan negatif akan keberadaan suatu hal. Atau apakah lebih baik jika tempat dugem kita istilahkan dengan kata lain?
TQ.

Kamis, 01 Mei 2008

MEY DAY, apakah selalu dimeriahkan dengan demo?

Satu Mei, tidaklah asing bagi kita untuk mengenangkan hari serikat buruh seluruh dunia. berbagai atraksi dan kegiatan dilakukan untuk mengenangkan hari buruh ini.
Satu hal yang sering ditemukan pada hari ini adalah Demostrasi ada dimana-mana. Bahkan berdasarkan pantauan beberapa media massa di Senayan Jakarta terdapat beribu-ribu buruh yang memadati ruas jalan depan senayan. Pemandangan ini terjadi secara rutin setiap tahun.
Dari kenyataan itulah, dapat disimpulkan bahwa pemerintah masih belum mendengarkan aspirasi masyarakat Republik Indonesia. Pemerintah belum bisa mengatasinya.
Keteledoraan dari pemerintah inilah yang selalu meresahkan masyarakat setiap tahunnya. Apalagi berlangsungnya demo sangat membuat jalur transportasi darat macet. Akankah Demo terus berlangsung setiap tahun. Kapankah demokrasi terwujud. Apakah pemerintah mampu mewujudkan semboyan DEMOCRAZI cari solusi?

Selasa, 29 April 2008

PRESTASI KPK, Apresiasi dibalik Ketangguhan

KPK (Komisi Pemberantasan KOrupsi), Satu lembaga yang tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Keberadaannya memang sangat meringankan beban NKRI yang dari tahun ke tahun banyak mengalami kerugian material maupun fisik. Salah satu penyebab kerugian yang sangat berpengaruh adalah karena keberadaan generasi korupsi dan semua penggerak-penggeraknya. Berdasarkan pernyataan dalam Perspektif Wimar (Rabu,30/04) pada siaran salah satu Stasiun TV Swasta, dikatakan bahwa KOrupsi itu berasal dari Negara Belanda (disebarkan lewat VOC). Setelah penjajah Belanda Meninggalkan negri ini, bibit-bibit baru yang tumbuh dari sikap VOC mulai meraja lela di Indonesia, sehingga jangan salah kalau sekarang Indonesia menempati posisi 10 besar negara terkorupsi di Dunia. Prestasi yang buruk inilah yang selama ini dibanggakan oleh oknum Koruptor di NKRI ini.
Sejalan dengan pesatnya peradaban korupsi dan semakin canggihnya peralatan yang digunakan dalam mengaplikasikan hal buruk ini, pemerintah SBY mulai menggagas satu ide untuk melihat dan melindungi masyarakat dari jahatnya kOrupsi, sehingga terciptalah KPK. Perjalanan KPK memang tidak terlepas dari berbagai macam kesusahan, apalagi yang mereka hadapi adalah kebanyakan dari kalangan elit dan konglomerat, bahkan banyak juga dari kalangan pemerintah sendiri. Tentu suatu tugas yang sangat sulit bagi KPK, karena untuk membuktikan salah dan benarnya harus mempunyai bukti yang cukup kuat, dan melalui berbagai langkah ke Pengadilan.Tidak seperti membuktikan pencuri daun Ubi di belakang rumah yang langsung dimasukkan di sel. Tak lepas dari hal itu, KPK kini terlihat semakin sukses mencapai tujuanya. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya oknum yang telah masuk rutan dan sel akibat korupsi, apalagi oknum itu dari kalangan pemerintah. suatu citra buruk yang diperoleh pemerintah Indonesia. Hal itu berkat ketangguhan dari KPK dalam bekerja secara profesional.
Terkait hal itu, bagaimanakah sikap pemerintah terkait keberadaan KPK? Pro dan kontra tentu banyak terjadi. Hal itu terbukti ketika tertangkapnya AN yang berkelanjutan dengan penggeledahan ruang kerja beberapa anggota DPR. Apakah pantas bagi pemerintah untuk menghambat kinerja KPK? Kalau memang KPK bekerja tidak sesuai prosedur, mungkin penghambatan dari Dewan kehormatan DPR itu pantas, tapi ketika melihat KPK sudah melalui prosedur yang ada dan bekerja secara profesional? DPR semestinya harus melihat secara jenuh, jangan berpolitik untuk mendukung suatu hal yang sudah jelas-jelas salah, karena dengan sendirinya kehormatan itu hilang, sekalipun itu adalah badan terhormat.

Rabu, 16 April 2008

Ketika Derita Mengabadikan Cinta

Ketika Derita Mengabadikan Cinta
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
“Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua
mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan
Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Dikrektur Rumah
Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang
tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan.
…”
Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi
pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai
Nil, Kairo.
Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan
disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti
mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan
kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di
televisi itu.
Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah
menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa.
Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan
berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang
tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung
shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang
kacamatanya, lalu…
Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu’ala Rasulillah, amma ba’du.
Sebelumnya saya mohon ma’af , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya
para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini
perkenankan saya bercerita…
Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan
cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya,
yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya,
mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil
hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah
lumpurnya.
Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras,
melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan
kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.
Tiga puluh tahun yang lalu …
Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke
atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan “Pasha” yang terhormat
di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady dari keluarga
aristokrat terkemuka di Ma’adi, ia berpendidikan tinggi, ekonom jebolan
Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit
politik di negeri ini.
Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam
suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup
sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga
besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau
kalangan high class yang sepadan!
Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya
merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang didewa-dewakan
keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya cari. Saya lebih
merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah
yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini
ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka menganggap saya ceroboh dan
tidak bisa menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang
yang selalu basah keringat dalam mencari pengganjal perut dianggap
memalukan keluarga. Namun saya tidak peduli.
Karena ayah memperoleh warisan yan sangat besar dari kakek, dan ibu mampu
mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah dengan
selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar negri,
ke Paris, Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika berlibur di
dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah
hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang berdekatan dengan
istana Raja Faruq.
Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah. Berkali-kali
saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil biasa saja, agar
lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen. Tetapi beliau
menolak mentah-mentah.
“Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja” tegas ayah.
Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah
habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati,
saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah.
Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah. Seorang gadis yang penuh
pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan
kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung
hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan
kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi,
sama seperti saya.
Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa telah
menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta
ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu ikatan pernikahan.
Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas. Maka
datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami
ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang lurus.
Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada
keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan
saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan
kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian
serta tutur bahasanya yang halus.
Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya
beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting gelas
yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak
boleh terjadi selamanya!
Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan
dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya
nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak
terkira.
Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku
sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang
cukur….tukang cukur, ya… sekali lagi tukang cukur! Saya katakan dengan
bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati.
Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik
kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak
dilakukan para bangsawan “Pasha”. Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter,
seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak
mengecap bangku pendidikan.
Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri
sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa
pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu
langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500
ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil
seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak
direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina,
bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke
berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha besar?
Dengan enteng ayah menjawab. “Karena kamu memilih pasangan hidup dari
strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan pacar
adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat
keluarga besar Al Ganzouri.”
Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah
saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat
sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang
jelas berzina justru difasilitasi.
Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup
saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan
bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain
menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini
kebenarannya. Itu saja.
Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya. Dengan
penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan
beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, la haula wala quwwata
illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui
penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah untuk mengawinkan
putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan reaksi lebih
keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad menikah
dengan saya.
Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak pernikahan
ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga dia menolak
karena alasan membela kehormatan.
Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap dan bertanya
kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?
Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri
penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke kantor
ma’dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibku.
Kami berikan identitas kami dan kami minta ma’dzun untuk melaksanakan akad
nikah kami secara syari’ah mengikuti mahzab imam Hanafi.
Ketika Ma’dzun menuntun saya, “Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya terima
nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar yang kita
sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu Hanifah.”
Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3
sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu.
Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata
Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan
kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir.
Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami
membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu
mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan
segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa
apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang
sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis membayar
ongkos akad nikah di kantor ma’dzun.
Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis
lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound,
tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!
Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu di
jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada
puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara
campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca
bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa
berdaya dan hidup menjalari sukma kami.
“Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini.
Maafkan Kanda!”
“Tidak… Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah
berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa
menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil.
Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka salah.
Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini.
Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda
tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada
mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu
ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita
berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru.
Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita kita
saat ini,” jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan.
Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa
optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi
teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan
sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima penghargaan
dan uang sebanyak 40 pound.
Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di
emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam
kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin
kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa
uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam.
Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50
pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya yang
murah.
Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali
bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengarunginya
berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan
perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT.
Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil
menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi
kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya adalah
untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang kesayangan
mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami.
Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika
seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai
mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang
membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan
uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk
3 bulan.
Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami
pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari sebuah
kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kursi dan
satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari tanah, itu
saja… tak lebih.
Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap
bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan
melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia
adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia
merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.
Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya persetubuhan
cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah untuk memberikan
gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di surga. Jika
percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih nikmat dari
semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan. Yang paling
nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada penghuni surga , saat
Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua penghuni surga berhak
menikmati indahnya wajah Allah SWT.
Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak
memperoleh segala cinta di surga.
Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus
mendekatkan diri kepada-Nya.
Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur’an, lalu memakai jilbab, dan tiada
putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi’ah Adawiyah
yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia adalah
dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang
berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa
bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai
mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa setelah
membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan.
Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kamipun
mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita
hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada yang
bilang tanpa disengaja,”Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya semua,
ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan isterinya.”
Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa
kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil
layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar
menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang dokter
yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang membantu
membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan- pertolongan
mereka.
Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang kami
terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil
sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih menyakitkan
mereka tidak membiarkan kami hidup tenang.
Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami digedor
dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak segala
perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan, begitu
juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka
robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar. Lalu
mereka keluar dengan ancaman, “Kalian tak akan hidup tenang, karena berani
menentang Tuan Pasha.”
Yang mereka maksudkan dengan Tuan “Pasha” adalah ayah saya yang kala itu
pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami berdua
berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu
kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi kapas-kapas yang
berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami jahit kasur yang
sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku yang berantakan. Meja
dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki. Lalu kami tertidur
kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah eratnya genggaman inilah
sumber rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan intimidasi hidup ini.
Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup
tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah merancang
skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan wanita tuna
susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di negeri ini.
Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di telapak
kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah mendengar hal itu.
Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak mengurungkan
niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku berhasil
memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya agar
menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak
menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan
saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad.
Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta
beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku.
Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah turun
marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa mempersiapkan
segala sesuatu lebih matang.
Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun
penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya takutkan, tidak
ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap bulan.
Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai.
Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan
isteri tercinta.
Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan
hamba-hamba- Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia
mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah kami.
Jadi selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah
SWT.
Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu kepada
kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan keindahan. Malam
itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia
tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat puisi seorang
penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia &
lepas dari belenggu derita:
Sambil menatap kaki langit
Kukatakan kepadanya
Di sana… di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba
Bukan karna ketiadaan kata-kata
Tapi karena kupu-kupu kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku… besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung
Yah… saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari nestapa
dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun dia
ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk program
Magister bersama!
“Gila… ide gila!!!” pikirku saat itu. Bagaimana tidak…ini adalah saat
paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai
dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak
berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar
Magister dan menjawab logika yang saya tolak:
“Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran
dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus sabar
sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan.
Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk
sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita
wujudkan mimpi indah kita.”
Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau
ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun
luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan
kekuatan jiwanya.
Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki
hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan
kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll. Nyaris kami
hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. Hari-hari yang
kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam hari
kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia kami adalah air keran.
Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam
suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati
dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk
beli buku kami ambil untuk pengganjal perut.
Siang hari, jangan tanya… kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu,
terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.
Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal
atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya mengeluh,
menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun dia menangis,
itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah lebih kasihan kepada
saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah,
tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya gelandangan.
Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya
hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah kontrakan
yang kumuh dan makan ala kadarnya.
Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar
biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa
sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya.
Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya adalah
wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam.
Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia akan
mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta dengan
senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan semua.
Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini.
“Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang…” bisiknya mesra sambil
tersenyum.

Senin, 31 Maret 2008

LAMBANNYA PENANGANAN PORNOGRAFI DUNIA MAYA

Keberadaan indonesia sebagai bangsa berkembang saat ini, sangatlah memprihatinkan. Kalau dilihat dari segi antusiasnya dalam menanggapi suatu problema boleh dikatakan seperti manusia yang baru bangun dari tidur nyenyak?
Dari kenyataannya saja bisa dilihat setelah masalah itu sudah mencakup khalayak ramai, Indonesia baru sadar. Katakan saja pornografi dunia maya. Dari dulu, keliatannya Indonesia bagai harimau dalam goa yang lagi tidur. ketika masalah ini marak, baru bangun. Akibatnya timbul pernyataan bahwa untuk mengatasi hal ini memang susah. Berdasarkan kenyataannya, memang susah kalau semua orang sudah terjangkit. coba kalau ketika satu dua orang saja yang terjangkit dan langsung diatasi.
Pembuatan UU ini memang tergolong lambat, Anggota DPR aja sudah merasakan pentingnya pornografi, seperti yang dilakukan Zaini Yahya. Kalau mereka merasa penting, otomatis rakyat kecil juga sangat membutuhkannya. Jadi sebenarnya gak perlu dibesar-besarkan masalahnya, soalnya hal itu tergantung pada bagaimana seseorang menginterpretasikannya. kalau seseorang menggunakannya demi kepentingan riset dll, apakah ini dikatakan pornografi? Emangnya kalau gak merugikan pihak lain itu perlu ditegaskan oleh UU dan mendapat sanksi?
Oleh karena itu UU ini perlu untuk ditinjau kembali penggunannya.

PUING - PUING PASKAH


Berkisah tentang paskah bagi orang kristiani bukan merupakan hal yang jarang. Hal ini karena setiap tahun perayaan ini selalu dimeriahkan oleh orang kristiani. Kebangkitan Kristus memang merupakan hal yang telah diwahyukan oleh para nabi dan sudah digenapi oleh Kristus sendiri. Dengan bangkitnya Kristus dari antara orang mati, manusia yakin bahwa maut telah dikalahkan. Kebangkitan Kristus merupakan awal dari sebuah kelahiran baru bagi manusia, sebab itu Yesus mengutus muridNya untuk mewartakan kabar baik kepada seluruh dunia, sebagaimana dalam tugas perutusan yang diberikan kebada murid-muridnya, Ia mengatakan “pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku, dan baptislah mereka dalam nama bapa dan anak dan roh kudus (Mat, 28:19)” dan selanjtunya dia mengatakan “siapa yang percaya dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum (Markus, 16:16)’. Itulah sebabnya pada malam paskah, sering dilakukan pembabtisan danpengukuhan janji babtis bagi yang sudah dibabtis. Kelahiran baru dalam Kristus ini memang merupakan momen berharga bagi umat Kristiani.
Perayaan paskah telah berlalu, semua umat Kristiani kembali beraktivitas seperti semula, namun apakah mereka berbuat dosa lagi? Jawabannya ya, bahkan sesaat setelah perayaan berlangsung, manusia sudah berbuat dosa, tanpa disadari mereka sudah membuat Yesus disalibkan kembali, walaupun sejuta penyesalan telah diungkapkannya saat Jumat Agung, di mana pada saat itu Yesus rela disalibkan demi UmatNya. Penyesalan dalam diri manusia hanyalah penyesalan sesaat, yang akan hanyut bila hatinya tergoda, karena bagaimanapun juga manusia adalah makhluk yang lemah dan tidak terlepas dari dosa.
Paskah bukan merupakan satu-satunya proses pembersihan diri manusia dari dosa, proses pembersihan manusia dari dosa terjadi setiap kali menusia itu ingin berubah secara rohani dan jasmani, dan disertai oleh suatu keyakinan, “Pembersihan manusia terjadi ketika secara utuh manusia itu mengosongkan dirinya dari hal-hal yang bersifat duniawi”. Paskah merupakan suatu momen untuk memperingati sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Yang tertinggal setelah moment ini berlangsung bukan manusia yang telah dibersihkan dari dosa, karena manusia setiap saat adalah sama. Yang tetap kokh adalah suatu pengampunan dari yang Maha Kuasa yang kuasaNya diberikan kepada puteraNya Yesus Kristus. Sekalipun manusia berbuat dosa setiap saat kepadaNya, namun Tuhan tetap mengampuni manusia itu sendiri. Dosa manusia inilah yang merupakan puing-puing paskah, yang hanya bisa dibersihkan dengan suatu pengampunan.
Puing-puing paskah yang berada dalam diri manusia, khususnya umat Kristiani inilah yang perlu dibersihkan setiap saat, karena puing-puing ini bukannya mengurang setiap saat tetapi sebaliknya puing-uing ini selalu bertambah seiring bertambahnya usia seorang manusia. Oleh karena itu kita semestinya minta pengampunan dari Tuhan setiap saat, bukan hanya pada saat paskah.

Senin, 24 Maret 2008

Gadis Mesir itu bernama Maria (Ayat-Ayat Cinta)

1. Gadis Mesir Itu Bernama Maria



Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yang bergulung-gulung menambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik. Penduduknya, banyak yang berlindung dalam flat yang ada dalam apartemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela dan tirai tertutup rapat.

Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekadar untuk shalat berjamaah di masjid. Panggilan azan zhuhur dari ribuan menara yang bertebaran di seantero kota hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yang benar-benar tebal imannya. Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam segala musim dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalam deburan ombak, terpaan badai, dan sengatan matahari. Ia tetap teguh berdiri seperti yang dititahkan Tuhan sambil bertasbih tak kenal kesah. Atau, seperti matahari yang telah jutaan tahun membakar tubuhnya untuk memberikan penerangan ke bumi dan seantero mayapada. Ia tiada pernah mengeluh, tiada pernah mengerang sedetik pun menjalankan titah Tuhan.

Awal-awal Agustus memang puncak musim panas.

Dalam kondisi sangat tidak nyaman seperti ini, aku sendiri sebenarnya sangat malas keluar. Ramalan cuaca mengumumkan: empat puluh satu derajat celcius! Apa tidak gila!? Mahasiswa Asia Tenggara yang tidak tahan panas, biasanya sudah mimisan, hidungnya mengeluarkan darah. Teman satu flat yang langganan mimisan di puncak musim panas adalah Saiful. Tiga hari ini, memasuki pukul sebelas siang sampai pukul tujuh petang, darah selalu merembes dari hidungnya. Padahal ia tidak keluar flat sama sekali. Ia hanya diam di dalam kamarnya sambil terus menyalakan kipas angin. Sesekali ia kungkum, mendinginkan badan di kamar mandi.

Dengan tekad bulat, setelah mengusir segala rasa aras-arasen [1] aku bersiap untuk keluar. Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi [2] pada Syaikh Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraah sab’ah [3] dan ushul tafsir [4] . Beliau adalah murid Syaikh Mahmoud Khushari, ulama legendaris yang mendapat julukan Syaikhul Maqari’ Wal Huffadh Fi Mashr atau Guru Besarnya Para Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an di Mesir.

Jadwalku mengaji pada Syaikh yang terkenal sangat disiplin itu seminggu dua kali. Setiap Ahad dan Rabu. Beliau selalu datang tepat waktu. Tak kenal kata absen. Tak kenal cuaca dan musim. Selama tidak sakit dan tidak ada uzur yang teramat penting, beliau pasti datang. Sangat tidak enak jika aku absen hanya karena alasan panasnya suhu udara. Sebab beliau tidak sembarang menerima murid untuk talaqqi qiraah sab’ah. Siapa saja yang ingin belajar qiraah sab’ah terlebih dahulu akan beliau uji hafalan Al-Qur’an tiga puluh juz dengan qiraah bebas. Boleh Imam Warasy. Boleh Imam Hafsh. Atau lainnya. Tahun ini beliau hanya menerima sepuluh orang murid. Aku termasuk sepuluh orang yang beruntung itu. Lebih beruntung lagi, beliau sangat mengenalku. Itu karena, di samping sejak tahun pertama kuliah aku sudah menyetorkan hafalan Al-Qur’an pada beliau di serambi masjid Al Azhar, juga karena di antara sepuluh orang yang terpilih itu ternyata hanya diriku seorang yang bukan orang Mesir. Aku satu-satunya orang asing, sekaligus satu-satunya yang dari Indonesia. Tak heran jika beliau meng-anakemas-kan diriku. Dan teman-teman dari Mesir tidak ada yang merasa iri dalam masalah ini. Mereka semua simpati padaku. Itulah sebabnya, jika aku absen pasti akan langsung ditelpon oleh Syaikh Utsman dan teman-teman. Mereka akan bertanya kenapa tidak datang? Apa sakit? Apa ada halangan dan lain sebagainya. Maka aku harus tetap berusaha datang selama masih mampu menempuh perjalanan sampai ke Shubra, meskipun panas membara dan badai debu bergulung-gulung di luar sana. Meskipun jarak yang ditempuh sekitar lima puluh kilo meter lebih jauhnya.

Kuambil mushaf tercinta.

Kucium penuh takzim. Lalu kumasukkan ke dalam saku depan tas cangklong hijau tua. Meskipun butut, ini adalah tas bersejarah yang setia menemani diriku menuntut ilmu sejak di Madrasah Aliyah sampai saat ini, saat menempuh S.2. di universitas tertua di dunia, di delta Nil ini. Aku mengambil satu botol kecil berisi air putih di kulkas. Kumasukkan dalam plastik hitam lalu kumasukkan dalam tas. Aku selalu membiasakan diri membawa air putih jika bepergian, selain sangat berguna juga merupakan salah satu bentuk penghematan yang sangat terasa. Apalagi selama menempuh perjalanan jauh dari Hadayek Helwan sampai Shubra El-Khaima dengan metro [5] , tidak akan ada yang menjual minuman.

Aku sedikit ragu mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin sahara terdengar mendesau-desau. Keras dan kacau. Tak bisa dibayangkan betapa kacaunya di luar sana. Panas disertai gulungan debu yang berterbangan. Suasana yang jauh dari nyaman. Namun niat harus dibulatkan. Bismillah tawakkaltu ‘ala Allah [6] , pelan-pelan kubuka pintu apartemen. Dan...

Wuss!

Angin sahara menampar mukaku dengan kasar. Debu bergumpal-gumpal bercampur pasir menari-nari di mana-mana. Kututup kembali pintu apartemen. Rasanya aku melupakan sesuatu.

“Mas Fahri, udaranya terlalu panas. Cuacanya buruk. Apa tidak sebaiknya istirahat saja di rumah?” saran Saiful yang baru keluar dari kamar mandi. Darah yang merembes dari hidungnya telah ia bersihkan.

“Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa. Aku sangat tidak enak pada Syaikh Utsman jika tidak datang. Beliau saja yang sudah berumur tujuh puluh lima tahun selalu datang. Tepat waktu lagi. Tak kenal cuaca panas atau dingin. Padahal rumah beliau dari masjid tak kurang dari dua kilo,” tukasku sambil bergegas masuk kamar kembali, mengambil topi dan kaca mata hitam.

“Allah yubarik fik [7] , Mas,” ujarnya serak. Tangan kanannya mengusapkan sapu tangan pada hidungnya. Mungkin darahnya merembes lagi.

“Wa iyyakum! [8] ” balasku sambil memakai kaca mata hitam dan memakai topi menutupi kopiah putih yang telah menempel di kepalaku.

“Sudah bawa air putih, Mas?”

Aku mengangguk.

“Saif, Rudi minta dibangunkan pukul setengah dua. Tadi malam dia lembur bikin makalah. Kelihatannya dia baru tidur jam setengah sepuluh tadi. Terus tolong nanti bilang sama dia untuk beli gula, dan minyak goreng. Hari ini dia yang piket belanja. Oh ya, hampir lupa, nanti sore yang piket masak Hamdi. Dia paling suka masak oseng-oseng wortel campur kofta [9] . Kebetulan wortel dan koftanya habis. Bilang sama Rudi sekalian.”

Sebagai yang dipercaya untuk jadi kepala keluarga—meskipun tanpa seorang ibu rumah tangga—aku harus jeli memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan anggota. Dalam flat ini kami hidup berlima; aku, Saiful, Rudi, Hamdi dan Mishbah. Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di Mesir. Secara akademis aku juga yang paling tinggi. Aku tinggal menunggu pengumuman untuk menulis tesis master di Al Azhar. Yang lain masih program S.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau masuk tingkat empat. Sedangkan Misbah dan Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc. atau Licence. Mereka semua telah menempuh ujian akhir tahun pada akhir Mei sampai awal Juni yang lalu. Awal-awal Agustus biasanya pengumuman keluar. Namun sampai hari ini, pengumuman belum juga keluar.

Dan hari ini, kebetulan yang ada di flat hanya tiga orang, yaitu aku, Saiful dan Rudi. Adapun Hamdi sudah dua hari ini punya kegiatan di Dokki, tepatnya di Masjid Indonesia Cairo. Ia diminta untuk memberikan pelatihan kepemimpinan pada remaja masjid yang semuanya adalah putera-puteri para pejabat KBRI. Siang ini katanya selesai, dan nanti sore dia pulang. Sedangkan Mishbah sedang berada di Rab’ah El-Adawea, Nasr City. Katanya ia harus menginap di Wisma Nusantara, di tempatnya Mas Khalid, untuk merancang draft pelatihan ekonomi Islam bersama Profesor Maulana Husein Shahata, pertengahan September depan. Masing-masing penghuni flat ini punya kesibukan. Aku sendiri yang sudah tidak aktif di organisasi manapun, juga mempunyai jadwal dan kesibukan. Membaca bahan untuk tesis, talaqqi qiraah sab’ah, menerjemah, dan diskusi intern dengan teman-teman mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh S.2. dan S.3. di Cairo. Urusan-urusan kecil seperti belanja, memasak dan membuang sampah, jika tidak diatur dengan bijak dan baik akan menjadi masalah. Dan akan mengganggu keharmonisan. Kami berlima sudah seperti saudara kandung. Saling mencintai, mengasihi dan mengerti. Semua punya hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada yang diistimewakan. Semboyan kami, baiti jannati. Rumahku adalah surgaku. Tempat yang kami tinggali ini harus benar-benar menjadi tempat yang menyenangkan. Dan sebagai yang paling tua aku bertanggung jawab untuk membawa mereka pada suasana yang mereka inginkan.

Aku melangkah ke pintu.

“Saif. Jangan lupa pesanku tadi!” kembali aku mengingatkan sebelum membuka pintu.

“Insya Allah, Mas.”

Di luar sana angin terdengar mendesau-desau. Benar kata Saiful, cuaca sebetulnya kurang baik.

Ah, kalau tidak ingat bahwa kelak akan ada hari yang lebih panas dari hari ini dan lebih gawat dari hari ini. Hari ketika manusia digiring di padang Mahsyar dengan matahari hanya satu jengkal di atas ubun-ubun kepala. Kalau tidak ingat, bahwa keberadaanku di kota seribu menara ini adalah amanat. Dan amanat akan dipertanggungjawabkan dengan pasti. Kalau tak ingat, bahwa masa muda yang sedang aku jalani ini akan dipertanyakan kelak. Kalau tak ingat, bahwa tidak semua orang diberi nikmat belajar di bumi para nabi ini. Kalau tidak ingat, bahwa aku belajar di sini dengan menjual satu-satunya sawah warisan dari kakek. Kalau tidak ingat bahwa aku dilepas dengan linangan air mata dan selaksa doa dari ibu, ayah dan sanak saudara. Kalau tak ingat bahwa jadwal adalah janji yang harus ditepati. Kalau tak ingat itu semua, shalat zhuhur di kamar saja lalu tidur nyantai menyalakan kipas dan mendengarkan lantunan lagu El-Himl El-Arabi atau El-Hubb El-Haqiqi, atau untaian shalawatnya Emad Rami dari Syiria itu, tentu rasanya nyaman sekali. Apalagi jika diselingi minum ashir [10] mangga yang sudah didinginkan satu minggu di dalam kulkas atau makan buah semangka yang sudah dua hari didinginkan. Masya Allah, alangkah segarnya.

Kubuka pintu apartemen perlahan.

Wuss!

Angin sahara kembali menerpa wajahku. Aku melangkah keluar lalu menuruni tangga satu per satu. Flat kami ada di tingkat tiga. Gedung apartemen ini hanya enam tingkat dan tidak punya lift. Sampai di halaman apartemen, jilatan panas matahari seakan menembus topi hitam dan kopiah putih yang menempel di kepalaku. Seandainya tidak memakai kaca mata hitam, sinarnya yang benderang akan terasa perih menyilaukan mata.

Kulangkahkan kaki ke jalan.

“Psst..psst...Fahri! Fahri!”

Kuhentikan langkah. Telingaku menangkap ada suara memanggil-manggil namaku dari atas. Suara yang sudah kukenal. Kupicingkan mataku mencari asal suara. Di tingkat empat. Tepat di atas kamarku. Seorang gadis Mesir berwajah bersih membuka jendela kamarnya sambil tersenyum. Matanya yang bening menatapku penuh binar.

“Hei Fahri, panas-panas begini keluar, mau ke mana?”

“Shubra.”

“Talaqqi Al-Qur’an ya?”

Aku mengangguk.

“Pulangnya kapan?”

“Jam lima, insya Allah.”

“Bisa nitip?”

“Nitip apa?”

“Belikan disket. Dua. Aku malas sekali keluar.”

“Baik, insya Allah.”

Aku membalikkan badan dan melangkah.

“Fahri, istanna suwayya! [11] ”

“Fi eh kaman? [12] ”

Aku urung melangkah.

“Uangnya.”

“Sudah, nanti saja, gampang.”

“Syukran Fahri.” [13]

“Afwan.”

Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid untuk shalat zhuhur. Panasnya bukan main.

Gadis Mesir itu, namanya Maria. Ia juga senang dipanggil Maryam. Dua nama yang menurutnya sama saja. Dia puteri sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Berasal dari keluarga besar Girgis. Sebuah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat. Bisa dikatakan, keluarga Maria adalah tetangga kami paling akrab. Ya, paling akrab. Flat atau rumah mereka berada tepat di atas flat kami. Indahnya, mereka sangat sopan dan menghormati kami mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar.

Maria gadis yang unik.

Ia seorang Kristen Koptik atau dalam bahasa asli Mesirnya qibthi, namun ia suka pada Al-Qur’an. Ia bahkan hafal beberapa surat Al-Qur’an. Di antaranya surat Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga. Aku mengetahui hal itu pada suatu kesempatan berbincang dengannya di dalam metro. Kami tak sengaja berjumpa. Ia pulang kuliah dari Cairo University, sedangkan aku juga pulang kuliah dari Al Azhar University. Kami duduk satu bangku. Suatu kebetulan.

“Hei namamu Fahri, iya ‘kan?”

“Benar.”

“Kau pasti tahu namaku, iya ‘kan?”

“Iya. Aku tahu. Namamu Maria. Puteri Tuan Boutros Girgis.”

“Kau benar.”

“Apa bedanya Maria dengan Maryam?”

“Maria atau Maryam sama saja. Seperti David dengan Daud. Yang jelas namaku tertulis dalam kitab sucimu. Kitab yang paling banyak dibaca umat manusia di dunia sepanjang sejarah. Bahkan jadi nama sebuah surat. Surat kesembilan belas, yaitu surat Maryam. Hebat bukan?”

“Hei, bagaimana kau mengatakan Al-Qur’an adalah kitab suci paling banyak dibaca umat manusia sepanjang sejarah? Dari mana kamu tahu itu?” selidikku penuh rasa kaget dan penasaran.

“Jangan kaget kalau aku berkata begitu. Ini namanya objektif. Memang kenyataannya demikian. Charles Francis Potter mengatakan seperti itu. Bahkan jujur kukatakan, ‘Al-Qur’an jauh lebih dimuliakan dan dihargai daripada kitab suci lainnya. Ia lebih dihargai daripada Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Pendeta J. Shillidy dalam bukunya The Lord Jesus in The Koran memberikan kesaksian seperti itu. Dan pada kenyataannya tak ada buku atau kitab di dunia ini yang dibaca dan dihafal oleh jutaan manusia setiap detik melebihi Al-Qur’an. Di Mesir saja ada sekitar sepuluh ribu Ma’had Al Azhar. Siswanya ratusan ribu bahkan jutaan anak. Mereka semua sedang menghafalkan Al-Qur’an. Karena mereka tak akan lulus dari Ma’had Al Azhar kecuali harus hafal Al-Qur’an. Aku saja, yang seorang Koptik suka kok menghafal Al-Qur’an. Bahasanya indah dan enak dilantunkan,” cerocosnya santai tanpa ada keraguan.

“Kau juga suka menghafal Al-Qur’an? Apa aku tidak salah dengar?” heranku.

“Ada yang aneh?”

Aku diam tidak menjawab.

“Aku hafal surat Maryam dan surat Al-Maidah di luar kepala.”

“Benarkah?”

“Kau tidak percaya? Coba kau simak baik-baik!”

Maria lalu melantunkan surat Maryam yang ia hafal. Anehnya ia terlebih dahulu membaca ta’awudz [14] dan basmalah. Ia tahu adab dan tata cara membaca Al-Qur’an. Jadilah perjalanan dari Mahattah [15] Anwar Sadat Tahrir sampai Tura El-Esmen kuhabiskan untuk menyimak seorang Maria membaca surat Maryam dari awal sampai akhir. Nyaris tak ada satu huruf pun yang ia lupa. Bacaannya cukup baik meskipun tidak sebaik mahasiswi Al Azhar. Dari Tura El-Esmen hingga Hadayek Helwan Maria mengajak berbincang ke mana-mana. Aku tak menghiraukan tatapan orang-orang Mesir yang heran aku akrab dengan Maria.

Itulah Maria, gadis paling aneh yang pernah kukenal. Meskipun aku sudah cukup banyak tahu tentang dirinya, baik melalui ceritanya sendiri saat tak sengaja bertemu di metro, atau melalui cerita ayahnya yang ramah. Tapi aku masih menganggapnya aneh. Bahkan misterius. Ia gadis yang sangat cerdas. Nilai ujian akhir Sekolah Lanjutan Atasnya adalah terbaik kedua tingkat nasional Mesir. Ia masuk Fakultas Komunikasi, Universitas Cairo. Dan tiap tingkat selalu meraih predikat mumtaz atau cumlaude. Ia selalu terbaik di fakultasnya. Ia pernah ditawari jadi reporter Ahram, koran terkemuka di Mesir. Tapi ia tolak. Ia lebih memilih jadi penulis bebas. Ia memang gadis Koptik yang aneh. Menurut pengakuannya sendiri, ia paling suka dengar suara azan, tapi pergi ke gereja tidak pernah ia tinggalkan. Sekali lagi, ia memang gadis Koptik yang aneh. Aku tidak tahu jalan pikirannya.

Selama ini, aku hanya mendengar dari bibirnya yang tipis itu hal-hal yang positif tentang Islam. Dalam hal etika berbicara dan bergaul ia terkadang lebih Islami daripada gadis-gadis Mesir yang mengaku muslimah. Jarang sekali kudengar ia tertawa cekikikan. Ia lebih suka tersenyum saja. Pakaiannya longgar, sopan dan rapat. Selalu berlengan panjang dengan bawahan panjang sampai tumit. Hanya saja, ia tidak memakai jilbab. Tapi itu jauh lebih sopan ketimbang gadis-gadis Mesir seusianya yang berpakaian ketat dan bercelana ketat, dan tidak jarang bagian perutnya sedikit terbuka. Padahal mereka banyak yang mengaku muslimah. Maria suka pada Al-Qur’an. Ia sangat mengaguminya, meskipun ia tidak pernah mengaku muslimah. Penghormatannya pada Al-Qur’an bahkan melebihi beberapa intelektual muslim.

Ia pernah cerita, suatu kali ia ikut diskusi tentang aspek kebahasaan Al-Qur’an di Fakultas Sastra Universitas Cairo. Pemakalahnya adalah seorang doktor filsafat jebolan Sorbonne Perancis. Maria merasa risih sekali dengan kepongahan doktor itu yang mengatakan Al-Qur’an tidak sakral karena dilihat dari aspek kebahasaan ada ketidakberesan. Doktor itu mencontohkan dalam Al-Qur’an ada rangkaian huruf yang tidak diketahui maknanya. Yaitu, alif laam miim, alif laam ra, haa miim, yaa siin, thaaha nuun, kaf ha ya ‘ain shaad, dan sejenisnya.

Maria berkata padaku,

“Fahri, aku geli sekali mendengar perkataan doktor dari Sorbonne itu. Dia itu orang Arab, juga muslim, tapi bagaimana bisa mengatakan hal yang stupid begitu. Aku saja yang Koptik bisa merasakan betapa indahnya Al-Qur’an dengan alif laam miim-nya. Kurasa rangkaian huruf-huruf seperti alif laam miim, alif laam ra, haa miim, yaa siin, nuun, kaf ha ya ‘ain shaad adalah rumus-rumus Tuhan yang dahsyat maknanya. Susah diungkapkan maknanya, tapi keagungannya bisa ditangkap oleh mereka yang memiliki cita rasa bahasa Arab yang tinggi. Jika susunan itu dianggap sebagai suatu ketidakberesan, orang-orang kafir Quraisy yang sangat tidak suka pada Al-Qur’an dan memusuhinya sejak dahulu tentu akan mengambil kesempatan adanya ketidakberesan itu untuk menghancurkan Al-Qur’an. Dan tentu mereka sudah mencela bahasa Al-Qur’an habis-habisan sepanjang sejarah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Mereka mengakui keindahan bahasanya yang luar biasa. Mereka menganggap bahasa Al-Qur’an bukan bahasa manusia biasa tapi bahasa yang datang dari langit. Jadi kukira doktor itu benar-benar stupid. Tidak semestinya seorang doktor sekelas dia mengatakan hal seperti itu.”

Aku lalu menjelaskan kepada Maria segala hal berkaitan dengan alim laam miim dalam Al-Qur’an. Lengkap dengan segala rahasia yang digali oleh para ulama dan ahli tafsir. Maknanya, hikmahnya, dan pengaruhnya dalam jiwa. Juga kuterangkan bahwa pendapat Maria yang mengatakan huruf-huruf itu tak lain adalah rumus-rumus Tuhan yang maha dahsyat maknanya, dan hanya Tuhan yang tahu persis maknanya, ternyata merupakan pendapat yang dicenderungi mayoritas ulama tafsir. Maria girang sekali mendengarnya.

“Wah pendapat yang terlintas begitu saja dalam benak kok bisa sama dengan pendapat mayoritas ulama tafsir ya?” komentarnya sambil tersenyum bangga.

Aku ikut tersenyum.

Di dunia ini memang banyak sekali rahasia Tuhan yang tidak bisa dimengerti oleh manusia lemah seperti diriku. Termasuk kenapa ada gadis seperti Maria. Dan aku pun tidak merasa perlu untuk bertanya padanya kenapa tidak mengikuti ajaran Al-Qur’an. Pertanyaan itu kurasa sangat tidak tepat ditujukan pada gadis cerdas seperti Maria. Dia pasti punya alasan atas pilihannya. Inilah yang membuatku menganggap Maria adalah gadis aneh dan misterius. Di dunia ini banyak sekali hal-hal misterius. Masalah hidayah dan iman adalah masalah misterius. Sebab hanya Allah saja yang berhak menentukan siapa-siapa yang patut diberi hidayah. Abu Thalib adalah paman nabi yang mati-matian membela dakwah nabi. Cinta nabi pada beliau sama dengan cinta nabi pada ayah kandungnya sendiri. Tapi masalah hidayah hanya Allah yang berhak menentukan. Nabi tidak bisa berbuat apa-apa atas nasib sang paman yang amat dicintainya itu. Juga hidayah untuk Maria. Hanya Allah yang berhak memberikannya.

Mungkin, sejak azan berkumandang Maria telah membuka daun jendela kayunya. Dari balik kaca ia melihat ke bawah, menunggu aku keluar. Begitu aku tampak keluar menuju halaman apartemen, ia membuka jendela kacanya, dan memanggil dengan suara setengah berbisik. Ia tahu persis bahwa aku dua kali tiap dalam satu minggu keluar untuk talaqqi Al-Qur’an. Tiap hari Ahad dan Rabu. Berangkat setelah azan zhuhur berkumandang dan pulang habis Ashar. Dan ini hari Rabu. Seringkali ia titip sesuatu padaku. Biasanya tidak terlalu merepotkan. Seperti titip membelikan disket, memfotocopykan sesuatu, membelikan tinta print, dan sejenisnya yang mudah kutunaikan. Banyak toko alat tulis, tempat foto copy dan toko perlengkapan komputer di Hadayek Helwan. Jika tidak ada di sana, biasanya di Shubra El-Khaima ada.

Suhu udara benar-benar panas. Wajar saja Maria malas keluar. Toko alat tulis yang juga menjual disket hanya berjarak lima puluh meter dari apartemen. Namun ia lebih memilih titip dan menunggu sampai aku pulang nanti. Ini memang puncak musim panas. Laporan cuaca meramalkan akan berlangsung sampai minggu depan, rata-rata 39 sampai 41 derajat celcius. Ini baru di Cairo. Di Mesir bagian selatan dan Sudan entah berapa suhunya. Tentu lebih menggila. Ubun-ubunku terasa mendidih.
Panggilan iqamat16 terdengar bersahut-sahutan. Panggilan mulia itu sangat menentramkan hati. Pintu-pintu meraih kebahagiaan dan kesejahteraan masih terbuka lebar-lebar. Kupercepat langkah. Tiga puluh meter di depan adalah Masjid Al-Fath Al-Islami. Masjid kesayangan. Masjid penuh kenangan tak terlupakan. Masjid tempat aku mencurahkan suka dan deritaku selama belajar di sini. Tempat aku menitipkan rahasia kerinduanku yang memuncak, tujuh tahun sudah aku berpisah dengan ayah ibu. Tempat aku mengadu pada Yang Maha Pemberi rizki saat berada dalam keadaan kritis kehabisan uang. Saat hutang pada teman-teman menumpuk dan belum terbayarkan. Saat uang honor terjemahan terlambat datang.

16 Tanda bahwa shalat berjamaah segera didirikan.

Tempat aku menata hati, merancang strategi, mempertebal azam dan keteguhan jiwa dalam perjuangan panjang.
Begitu masuk masjid… Wusss!
Hembusan udara sejuk yang dipancarkan lima AC dalam masjid menyambut ramah. Alhamdulillah. Nikmat rasanya jika sudah berada di dalam masjid. Puluhan orang sudah berjajar rapi dalam shaf shalat jamaah. Kuletakkan topi dan tas cangklongku di bawah tiang dekat aku berdiri di barisan shaf kedua. Kedamaian menjalari seluruh syaraf dan gelegak jiwa begitu kuangkat takbir. Udara sejuk yang berhembus terasa mengelus-elus leher dan mukaku. Juga mengusap keringat yang tadi mengalir deras. Aku merasa tenteram dalam elusan kasih sayang Tuhan Yang Mahapenyayang. Dia terasa begitu dekat, lebih dekat dari urat leher, lebih dekat dari jantung yang berdetak.