Sabtu, 21 Maret 2009

Artikel

KIDUNG AGUNG

Nama aslinya dalam bahasa Ibrani adalah Syih-Hasysyirim yang berarti nyanyian atas segala nyanyian. Dan nyanyian seperti apa, dan apa coraknya, apa pula sifat-sifatnya?.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa kitab ini seharusnya dikeluarkan dari kanon kitab suci. Ia tidak boleh dimasukkan ke dalam kanon, karena sifatnya yang porno itu. Ia mengandung nyanyian-nyanyian cinta belaka yang tidak punya hubungan apapun dengan nama Tuhan.
Dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), ditemukan hanya 1 kali nama tuhan (bandingkan Pasal 8:6). Dalam naskah asli kita temukan istilah sebagai berikut: Risyphe ‘esy syalhebetyah = powerful flame (Yahweh’s flame)
Sebetulnya bukan nama tuhan, tetapi nama itu hanya digunakan dalam ati terhebat ata maha hebat. Jadi kegairahan (nafsu birahi) itu seperti nyala api (flame from Yahwe) atau nyala itu hebat sekali, kuat seperti api.
Sepanjang puisi-puisi yang digunakan dalam kitab ini menggambarkan nafsu berahi antara laki-laki dan perempuan. Itulah sebabnya kitab ini tidak dianggap sebagai firman tuhan.
Keberatan ini bukanlah hal yang baru, sudah lama sekali orang-orang Yahudi tidak mau menerima kitab ini. Pada abad kedua Masehi, para rabi Yahudi berkeberatan sebab Kidung Agung dinyanyikan dalam klub-klub malam di kota Alexandria.
Walaupun demikian, kitab ini dihubungkan secara erat sekali dengan nama Salomo (bandingkan Pasal 1:1) sebagai Kidung Agung dari Salomo. Dan kita tahu siapa Salomo itu, dialah seorang raja yang besar hikmatnya juga hebat nafsunya. Dalam 1 Raja 11:3 raja Salomo mempunyai 7 ratus istri dan 3 ratus gundik, namun bukan ini maksudnya.
Raja Salomo memang sudah terkenal sebagai seorang yang terhebat hikmatnya, malah mengarang banyak nyanyian-nyanyian yang berhikmat juga (bandingkan Pasal 4:29-32). Hikmatnya terhebat, akalnya terluas seperti dataran pasir di tepi laut.hikmatnya melebihi hikmat Mesir. Ia menggubah 3 ribu amsal dan nyanyian (kidung) lebih dari seribu banyaknya.
Selanjutnya orang muda yang banyak berperan dalam kitab ini disebut sebagai Raja Salomo (bandingkan Pasal 3:7,9), oleh sebab itu kitab ini disebut sebagai Kidung Agung untuk Salomo / Syir hasyisyirim asyer lisylomoh.
Sebetulnya, Alkitab itu sudah membicarakan semua aspek kehidupan manusia, mulai dari rahim sampai kelahiran hingga kematian. Tidak ada satu aspek pun yang ditutup-tutupi. Semua aspek dianggap penting dan disoroti dari berbagai sudut pandang yang tentu mempunyai makna dan arti masing-masing.

Bagaimanapun kita harus membaca dan memahami Kidung Agung.

Pertama, Kidung Agung perlu dibaca sebagai sebuah drama antara 2 atau lebih manusia, terutama antara seorang laki-laki dan perempuan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa inti pusat dari Kidung Agung terdapat dalam Pasal 3:6 – 5:1. Di sana nampak jelas perkembangan dan pertumbuhan cinta yang menginginkan kulminasinya ketika kedua orang mulai memasuki tangga pernikahan yang memiliki cita-citanya sendiri. Selain tangga pernikahan, upacara tersebut berisikan luapan kegairahan yang luar biasa untuk pengantin laki-laki dan perempuan. Perasaan itu terasa pada ilustrasi puitis yang sangat indah, seperti:
Kemegahan Salomo yang dimahkotai
Penggunaan mur dan kemenyan sebagai rempah-rempah yang berbau harum memikat hati
Aroma kayu-kayuan
Mata, rambut, mulut, leher, buah dada yang dikagumi sebagai pemikat erotika.
Kedua, Kidung Agung perlu dibaca dan dianggap sebagai gambaran cinta antara Allah dan Israel.
Kita harus mengakui bahwa Kidung Agung cukup erotik. Ini terasa jika orang dapat memahami dengan baik segala kiasan, gambaran, perbandingan bahkan sindiran yang dipakai dalam kitab ini, misalnya:
Gigimu bagaikan hewan domba yang baru saja dicukur, bandingkan Pasal 4:2
Mata bagaikan merpati pada batang air, Pasal 5:12
Buah dada seperti gugusan anggur dan nafas hidung seperti buah apel, Pasal 7:8
Cinta kuat seperti maut dan nyalanya seperti nyala api, Pasal 8:6.

Istilah erotik tidak sama dengan pornografi. Erotik adalah sebuah istilah dalam karya sastra yang tema atau sifatnya berkenaan dengan nafsu berahi , sedangkan pornografi memiliki dua arti:
1. penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi
2. bahan bacaan yang dengan senagaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu untuk melakukan seks.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kidung Agung meluhurkan cinta antara jenis kelamin, termasuk seksnya. Dalam bahasa sastra, dapat dikatakan bahwa cinta Kidung Agung itu memuji dan menggambarkan kecantikan pemudi dan kegantengan pemuda serta cinta mereka menyala-nyala sambil mempersatukan mereka secara menyeluruh.
Sama seperti lagu-lagu cinta yang diberi tema-tema tertentu, Kidung Agung sebetulnya sudah lebih dulu terkenal dengan tema-temanya yang menarik dan menggairahkan, misalnya:
impian mempelai perempuan, bandinkan Pasal 3
mempelailelaki menuju mempelai perempuan, bandingkan Pasal 4
kedua mempelai saling menyapa, bandingkan Pasal 4:16
kenikmatan cinta, bandingkan Pasal 7, dst

Dengan menilai hikmat dalam cinta yang didengarkan dalam Kitab Kidung Agung, maka dapat dikatakan nilai cinta ini positif. Sebab cinta kasih ini adalah sangat berharga. Para orang yang berhikmat percaya bahwa cinta kasih ini termasuk ke dalam ciptaan Allah dan merupakan karunia yang besar untuk manusia untuk dihayati lalu diberlakukan dalam kehidupan manusia yang beriman.
Bukankah Tuhan yang pertama-tama memberikan cinta kasih-Nya kepada manusia? Bandingkan Mazmur 84:12, oleh karena itu sepatutnyalah kita memanfaatkannya dengan benar dan tulus.

Apakah Kitab Kidung Agung ini tetap relevan? Jawabnya, ya.
Ia dibutuhkan zaman ini di kala manusia menggunakan cintanya, di kala manusia keliru menanggapi karunia Tuhan melalui tubuhnya, di kala manusia memuaskan nafsunya secara serampangan dan menjadi budak seks. Kidung Agung hendak menegaskan bahwa seks itu suci pemberian Tuhan untuk dinikmati pasangan laki-laki dan perempuan yang dipersatukan Tuhan dalam pernikahan.


sumber:search enggine