Selasa, 19 Februari 2008

BERITA DUKA dari St. Klaus

Sang guru (Bpk. Frans Hibur) selaku guru komputer SMU St. Klaus Kuwu telah berpulang ke pangkuan bapa di surga pada pukul 00:00 tadi malam (20,Feb. 08) akibat leukimia.

Segenap eks Civitas akademika St. Klaus yang kini berada di kabupaten Malang, turut berduka cita. Semoga amal dan ibadahnya diterima oleh yang Maha Kuasa, dan semoga dia mendapatkan tempat yang layak di sisi Kanan Bapa di Surga.
Tiada kata lain yang bisa kami ucapkan untuk melepas kepergianmu. Kami semua hanya bisa mengucapkan terima kasih atas segala jasa yang engkau berikan kepada kami selama engkau di bumi bersama kami.
Selamat jalan guruku.

Rabu, 13 Februari 2008

KEAMANAN MANGGARAI DIPERTIMBANGKAN

Manggarai yang kerap dikenal dengan hasil pertaniannya, terletak di bagian barat Pulau Flores. Reliefnya berbukit- bukit dengan fenomena yang cukup mengagumkan. Daerahnya yang begitu luas menambah luasnya wawasan kitra tentang Manggarai, tentang hidup dan kehidupannya.
Mengulas tentang hidup dan kehidupan Masyarakat Manggarai memang kagaklah mudah. Dibutuhkan suatu kejelian dan keikutsertaan kita dalam menjalani hidup bersama mereka. Dalam kehidupan Sosial juga mereka kagak luput dari kehidupan politik. Kehidupan Politik ini biasanya dipimpin oleh para birokrat, sehingga muncullah yang dinamakan kekuasaan. Dan Kekuasaan ini dipegang oleh Pemerintah yang merupakan pemerintah daerah.
Dalam usaha untuk mencapai suatu daerah yang Aman, Tentram dan Makmur, maka sebagai Pemimpin, pemerintah mempercayakan berbagai tugas kepada beberapa lembaga yang profesional dalam halnya.
Dari berbagai lembaga yang Ada terdapat lembaga keamanan. Dan dalam tugasnya, lembaga ini berkecimpung dalam hal mengatasi berbagai masalah sosial yang ada, Keamanan daerah sangat bergantung pada keprofesionalan mereka.

Mengulas keamanan di Manggarai
Apakah saat ini Manggarai aman? Tentram? Disiplin?
Tanah, merupakan salah satu kebutuhan mereka yang paling mendasar. Kehidupan mereka tergantung pada luasnya tanah dan cara pengolahan tanah yang mendukung. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Manggarai adalah Petani yang mencari nafkah di dunia agraris.
Namun bagaimanakah bila tanah diperebutkan? Atau tanah diperluas melewati jalur batas? Bayangkan efeknya yang begitu besar. Masalah inilah yang sering terjadi di Manggarai.
Tahun 2005, pada saat pemerintahan dipegang oleh Anton Bagul, terjadi pertumpahan darah dimana-mana. Hal ini bukan karena kesalahan masyarakat, tapi lebih dilihat karena kekeliruan pemerintah dalam memberikan kebijakan.
Tahun 2006 berjalan, kejadian serupa juga banyak. Dan sekarang di tahun 2007, pemerintahan masih dipegang oleh Kridtian Rotok.
Di tahun ini memang konflik agak menurun. Tapi bukan kagak ada, karena buktinya ada di depan mata, yaitu konflik tanah di Paka, Peot dan sekitarnya. Taukah petugas keamanan bahwa hal ini telah memakan korban. Tapi mungkin yang tau hanyalah 50% dari petugas yang ada. Hal ini membuat masyarakat kurang tentram, khususnya masyarakat Paka, Peot dan sekitarnya. Banyak yang sudah mengungsi cari keluarganya di kampung lain yang aman. Satu bukti citra keamanan masih belum mampu.
Sekarang coba kita mengarah ke Lalu Lintas. Polantas ada dimana-mana. Daya tarik yang begitu besar pada dunia Polantas memang bagus. Tapi apakah mereka juga profesional? Coba kita telaah. Setiap yang melanggar peraturan lalulintas tanpa surat-surat dipungut biaya Rp.51000,- Bukan jumlah yang kecil. Tak apalah kalau diberi sanksi. Namun apakah uang itu dibawah kordinir? Karena banyak juga polantas di jalan-jalan yang jauh dari keramaian (seperti di hutan). Mampukah pemimpinya mengorganisir mereka? Sementara diari segi komunikasi, signal masih belum menjangkau.
Banyaknya Polantas ini memang bagus, tapi ketika kecelakaan terjadi hampir setiap hari, seperti di kota Ruteng? Baguskah citra Polantas yang merupakan bagian dari lembaga keamanan? Ini juga bukti keamanan masih belum mampu.
Coba kita ke pusat pertokoan. Stan-stan penjual daging dan ikan serta penjual lainnya tak beraturan di emperan toko. Di Pasar? Malah lumpur ada dimana-mana. Orang yang belum melihat akan jijik melihatnya. Satpol PP memang banyak, tapi kelihatannya mereka sukanya nongkrong di depan tansi Polisi. Paling sekali seminggu mereka mengecek di emperan toko. Bukti yang lain.
Dan tak lari jauh dari upacara 17 Agustus kemarin. Ketika sedang Apel bendera, banyak yang berjalan-jalan. Malah petugas juga hanya nongkrong dengan temannya. Maaf saja kalau kedapatan kamera. Yang anehnya malah petugas memukul anak-anak yang kurang mengerti. Kedisiplinan upacarapun sama sekali kagak ada. Buktinya pada saat upacara, banyak peserta yang duduk, bahkan ada yang duduk di emperan toko. Mereka juga kagak lain adalah kalangan PNS. Dimanakah ketegasan petugas keamanan?

Dari berbagai kenyataan yang tejadi diatas, dapat saya simpulkan bahwa keberadaan petugas keamannan di Manggarai perlu dipertimbangkan. Karena dari berbagai hal mereka masih sangat kurang mampu. Oleh karena itu, pemerintah harus tegas. Jangan hanya tegas kepada masyarakat biasa. Tapi pertama-tama harus tegas terhadap bawahan.

Oleh: Damasus Hans Satu
Jl. S.SUpriadi 48 malang
Malang 65141- Jawa Timur
Email:satuhans@yahoo.co.id