Jumat, 31 Oktober 2008

Majalah Gratis

Pengen dapat majalah gratis?
Aku rasa para neter sekalian pengen sekali untuk mendapatkan majalah gratis yang membahas tentang fenomena-fenomena sekitar kita. walaupun kebanyakan menggunakan bahasa Internasional, namun bagi saya hal itu sangatlah bermanfaat bagi perkembangan kosa kata kita. Bagaimanapun juga majalah yang akan anda dapat ini sangat bermanfaat bagi perkembangan wawasan anda tentang dunia. Jangan malas untuk membaca selagi masih ada yang memberikan majalah kepada kita.

untuk memesan majalah tanpa mengeluarkan biaya klik disini

Rabu, 15 Oktober 2008

ARTIKEL


PEDULI ITU PERLU

Oleh: Damasus Hans Satu

Kita tidak perlu menyesal kejadian yang menimpa kita akibat ketaksengajaan ataupun kesengajaan kita. Kita diminta untuk berpikir positif, untuk menunjukkan bahwa kita itu merupakan warga Kanjuruhan yang benar-benar Briliant, Bright and Future dengan menunjukkan serta melaksanakan rasa kepedulian kita. Anggap saja masalah listrik yang kita lalui itu merupakan penghormatan dari alam. Masalah adalah tanda penghormatan alam kepadamu.(MTSN - You Are Only As Honorable As What You Do).

Pendahuluan

Kiranya sapaan saya menemui kita semua dengan wajah senantiasa tersenyum serta selalu bersyukur atas segala yang diberikan Tuhan pada kita.

Hati saya berbunga-bunga setelah membaca berita tentang energi yang dimuat pada Kompas 10/09 2008 tepatnya di rubrik bisnis dan keuangan. Dikatakan bahwa pembangkit berbahan bakar gas yang dikembangkan oleh PT Plaza Indonesia Realty Tbk., bisa menghemat tarif pemakaian listrik hingga 25%. Dalam hati aku berpikir bahwa itu bukanlah jumlah yang sangat sedikit melihat kondisi Indonesia dan dunia sekarang ini yang sedang dilanda krisis BBM yang sangat berpengaruh pada keberadaan listrik. Satu ide yang cukup briliant dan patut untuk diapresiasikan. Kegembiraan saya terus berlanjut ketika aku mendengarkan berita tentang penemuan sumber listrik (Katanya Blue Energi) yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi waktu itu. Ditambah lagi ketika mendengar kebijakan pemerintah mengenai mekanisme penetapan harga jual BBM mulai tahun 2009 tentang pajak kendaraan bermotor (menyangkut BBM) yang ditetapkan mulai 0%. Mungkin itu berita basi yang tetap membuat saya punya pengharapan yang lebih akan keberlangsungan listrik dan bahan bakarnya di Indonesia, maklum listrik di Indonesia kebanyakan menggunakan bahan baku dari SDA (batu bara) yang tak dapat diperbaharui.

awal bulan ini aku mencoba berjalan di kampus Kanjuruhan. Tertera tulisan Briliant, Bright and Future (maaf, mungkin ada kesalahan sintaksis). Pertama masuk aku langsung melihat TV di lorong depan kemahasiswaan masih menyala, tapi sayang tanpa penonton. Terus ke lorong gedung C lt. II. Lagi-lagi kutemukan lampu di lorong tetap nyala di siang bolong. Pantaskah warga Kanjuruhan disebut Briliant, Bright and Future?

Lalu kita mesti bagaimana

Pada zaman sekarang, tidak sedikit manusia yang ingin menikmati gaya hidup hedonisme (mencari kesenangan duniawi). Bahkan begitu banyak manusia (pihak, organisasi, lembaga-lembaga, dll) yang berlomba-lomba mengikuti perkembangan zaman tanpa memikirkan posisi manusia yang lain. Banyak sekali yang hanya mengejar kebutuhan “gengsi”, walaupun ada di jalan yang mungkin keliru. Begitu juga dengan pemakaian listrik. Di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang makin terpuruk akibat harga BBM dan anjloknya saham di Bursa Efek Jakarta, serta melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US, tetap saja banyak pihak yang tidak terlalu peduli. Di tempat lain boleh saja bergilir untuk melihat cahaya di malam hari, namun masih ada orang atau pihak yang dengan atau tanpa sengaja berlomba-lomba untuk melawan cahaya matahari (Sumber energi yang utama) di siang bolong. Kedengaran aneh, tapi itulah yang terjadi.

Memang diakui kalau persentasenya lebih banyak dilakukan tanpa sengaja, namun jangan dikatakan kalau yang disengaja itu tidak ada. Bagaimana dengan pemakaian TV “tanpa penonton”? apakah ini merupakan simbol dari gaya hidup hedonisme? kondisi inilah yang perlu dipelajari oleh kita semua sebagai kaum intelektual (bukan intelektua karena udah pikun). Tuntutan zaman memang semestinya untuk dipenuhi, tapi harus diperhatikan bahwa kepenuhan itu jangan dirayakan di atas kekosongan manusia lain. Disaat negara atau sebagian besar masyarakat mengalami krisis listri, kita hendaknya tak perlu memboroskan untuk pemakaian yang percuma, karena semuanya pasti akan sia-sia, sebab jalan yang ditempuh dengan cara seperti ini adalah jalan semu dan sama sekali tidak cocok bagi manusia yang berada di NKRI, karena tidak berjalan serasi dengan program yang ditetapkan oleh pemerintah dan norma yang berlaku di masyarakat. Nah, kalau begitu bagaimanakah agar jalan yang kita tempuh itu sesuai dengan tuntutan zaman dan norma?

Tidak banyak yang tahu kejadian buruk yang pernah menimpa Thomas A. Edison ketika berusia 67 tahun. Kobaran api membakar habis gedung laboratoriumnya. Laboratorium tempat dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk menghasilkan karya, habis dalam sekejab. Tapi dia hanya mengatakan “Aku baru berusia 67 tahun dan belum terlalu tua untuk memulai lagi”.

Begitu juga dengan kita khususnya warga Kanjuruhan Malang. Kita semestinya tidak terlalu berlarut-larut dengan kelakuan kita yang membiarkan hal yang semestinya tidak boleh terjadi dapat terjadi secara berulang-ulang. Kita juga tidak perlu menyesal kejadian yang menimpa kita akibat ketaksengajaan ataupun kesengajaan kita. Kita diminta untuk berpikir positif, untuk menunjukkan bahwa kita itu merupakan warga Kanjuruhan yang benar-benar Briliant, Bright and Future dengan menunjukkan serta melaksanakan rasa kepedulian kita. Anggap saja masalah yang kita lalui itu merupakan penghormatan dari alam. Masalah adalah tanda penghormatan alam kepadamu.(MTSN - You Are Only As Honorable As What You Do). Jangan sampai warga Kanjuruhan akan bernasib seperti istri Arnold Schwarzenegger (aktor) yang mengatakan bahwa dia bernasib sial karena acara CBS Morning yang dipandunya dibatalkan. Akibatnya dia lupa akan semua yang dimilikinya. Oleh karena itu, mengakhiri artikel yang sederhana ini, penulis hanya ingin agar kita Peduli. Peduli akan lingkungan, peduli akan sesama, peduli akan masalah sosial yang sedang terjadi. Rasa kepedulian yang kita miliki bisa mewakili bahwa kita itu merupakan warga Kanjuruhan yang benar-benar Briliant, Bright and Future dan kalau kepedulian ini terus dilaksanakan secara berkelanjutan, izinkanlah penulis menambahkan kata forever untuk menambah ketiga kata tadi. (Hans Satu/ HMJF)

Senin, 06 Oktober 2008

Hakikat Pembelajaran Behavioristik

Thornike, salah seorang penganut paham behavioristik, menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang sisebut stimulus (S) dengan respon ® yang diberikan atas stimulus tersebut. Pernyataan Thorndike ini didasarkan pada hasil eksperimennya di laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, monyet, dan ayam. Menurutnya, dari berbeagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan keneksi atau ikatan-ikatan antara situasi dan respon tertentu. Kemudian ia menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu, menurut Hudojo (1990:14) teori Thondike ini disebut teori asosiasi.
Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick, 1981:13) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hokum-hukum berikut: (1) Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon serting terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hokum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan – yang telah terbentuk akibat tejadinya asosiasi antara stimulus dan respon – dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat; (2) Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat.
Penganut paham psikologi behavior yang lain yaitu Skinner, berpendapat hamper senada dengan hokum akibat dari Thorndike. Ia mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus – respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila representasinya mengiringi suatu tingkah laku yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negative adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan karena cenderung menguatkan tingkah laku (Bell, 1981:151).
b. Hakikat pembelajaran Konstruktivisme
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
Sumber: Trimanjuniarso.wordpress.com